Justisia.com – Judul : Pemikiran Karl Marx, Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme
Penulis : Franz Magnis-Suseno
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Cetakan Kesepuluh, Oktober 2016
Jumlah hlm : 289 + xvi
ISBN : 978-602-03-3141-6
Karl Heinrich Marx. Dalam satu abad terakhir, namanya menjadi motor penggerak aksi pembebasan dan perjuangan. Atas dasar pemikirannya yang revolutif dan progresif, Marx dikultuskan sebagai “nabi” baru oleh manusia-manusia yang menolak kemapanan. Alih-alih, perjuangan itu mampu mendobrak strukturalisme yang feodal dan sarat status quo.
Di satu titik, di Rusia pemikiran Marx diadopsi oleh seorang penganut muda sosialisme, Vladimir Ilyich Ulyanov, alias Lenin. Ia mengklaim bahwa Marxisme bagian integral dari ideologi revolusioner. Sampai sekarang, lumrah orang selalu tidak menanggalkan Marxisme dari Leninisme. Sebagai kekuatan mondial, Marxisme-Leninisme menjelma menjadi kekuatan komunisme internasional.
Jika kebanyakan ilmuwan hanya berdiam dalam satu dimensi kehidupan-pengetahuan, Marx justru mampu bertransformasi menyesuaikan lingkungan dan perubahan. Marx muda berbeda dengan Marx tua. Lagi-lagi, lingkunganlah yang mempengaruhi cara pandang dan sikap seseorang.
Marx muda yang dominan pemikiran alam ide berbeda dengan Marx tua yang rajin memproduksi tulisan hitam dan putih. Hidup Marx dominan sebagai filsuf atas kritiknya terhadap pemikir-pemikir sebelumnya, sebut saja pemikiran Marx mengenai kritik atas Agama Feuerbach. Pasca hijrah dari Paris ke London, Marx rajin menerbitkan tulisan-tulisan yang menyoal permasalahan ekonomi-politik. Das Kapital adalah masterpiece yang monumental.
Marx, berbeda misalnya dengan August Comte atau Habermas. Comte yang dijuluki sebagai bapak Sosiolog walaupun ditentang oleh Emile Durkheim dan Habermas yang dikenal dengan ‘Etika Komunikatif dan Emansipatoris’-nya hanya merumuskan format intelektual yang hanya menyentuh wilayah idea dan mengubah sudut pandang pemikir.
Marx dengan segala pemikirannya yang ensiklopedis hendak membawa kajian filsafat ke dalam tataran praksis. Filsafat yang sebelumnya njlimet dan ruwet, oleh Marx disederhanakan dalam bangunan pemikirannya yang merespons dan menjawab problematika umat manusia di tengah masifnya disrupsi dan alienasi.
Hingga di tengah simultanitas teknologi, tidak sedikit buku dan catatan yang mengulas mengenai pemikiran Karl Marx. Bahkan, buku yang berisi pemikiran dan cara pandang Marx melihat dunia menjadi buku saku-pegangan-kitab suci bagi orang yang merindukan pembebasan dan tegaknya perubahan.
Salah satunya ialah buku karya Frans Magnis-Suseno dengan tajuk “Karl Marx; dari Sosialisme Utopis hingga Perselisihan Revisionisme”. Buku yang layak untuk dikonsumsi secara luas, dan mungkin (bisa) menjadi pijakan bagi arus pemikiran Kiri di Indonesia yang kian direduksi usai peristiwa ’65’.
Kendati demikian, utopia Marx yang hendak mengkonsepkan negara sebagai komunis tidak begitu prinsipil dibanding untuk mempelajari pemikiran Kiri Marx yang radikal dan progresif. Terutama, saya klasifikasikan dalam 9 bagian:
(1) Akhir kekuasaan komunis … hlm. 2
Namun pada akhir abad ke-20, hantu komunisme tampak kehilangan wahyunya. Kiranya pukulan pertama yang diderita oleh komunisme internasional, pada masa kejayaannya, adalah kehancuran Partai Komunis Indonesia sebagai buntut kudeta Gerakan 30 September.
Peristiwa ’65 di Indonesia menjadi dalang runtuhnya gerakan dan kekuatan komunis di negara lain. Sepuluh tahun kemudian, 1975, komunisme mencapai kemenangan terakhirnya di Vietnam. Di Eropa Barat, beberapa partai komunis, didahului oleh Partai Komunis Italia, membuang leninisme, intisari komunisme, dan menggantikannya dengan yang mereka sebut Euro-komunisme. Memasuki tahun 80-an, komunisme semakin memperlihatkan wajah usangnya. Beberapa buku yang memenuhi rak universitas dan toko buku kembali dimasukkan ke gudang. Meski demikian, pemikiran Karl Marx (baca: komunisme) tetap menantang hingga sekarang.
(2) Filsafat Hegel … hlm. 56
Bagi Hegel, mengetahui adalah proses di mana objek yang diketahui dan subjek yang mengetahui saling mengembangkan, sehingga tidak pernah sama atau selesai. Pengetahuan adalah ongoing process, di mana apa yang diketahui dan aku yang mengetahui terus berkembang: tahap yang sudah tercapai ‘disangkal’ atau ‘dinegasi’ oleh tahap baru.
Terlepas dari runtuhnya ideologi komunis dan klaim komunis bagian integral dari leninisme, pemikiran Karl Marx banyak terpengaruh oleh filsuf sebelumnya; Hegel. Secara ringkas, pemikiran Hegel tersebut adalah dialektika; sesuatu itu hanya benar apabila dilihat dengan seluruh hubungannya-kesatuan yang berlawanan. Dalam gerak dialektika, ada tesis-antitesis-sintesis. Negasi tiga-tiganya harus selalu hadir. Format ini yang hendak membawa kesadaran akan dialektika total untuk menggapai pengetahuan absolut (puncak filsafat).
(3) Kritik Agama Feuerbach … hlm. 69
Agama hanyalah sebuah proyeksi manusia. Pandangan Feuerbach ini berdasarkan suatu anggapan tentang bagaimana manusia menjadi diri sendiri, yang diterimanya dari Hegel: untuk menjadi diri sendiri manusia harus menjadi objek bagi diri sendirinya. Tetapi itu berarti bahwa manusia tidak berusaha menjadi diri sendiri sesuai dengan gambarannya itu. Bukan mencoba merealisasikan hakikatnya, ia malah secara pasif mengharapkan berkah darinya. Oleh karena itu, Feurbach berpendapat bahwa manusia hanya dapat mengakhiri keterasingan dan menjadi diri sendiri apabila ia meniadakan agama.
Pernyataan Feuerbach tersebut menginisiasi pemikiran Karl Marx bahwa: agama… adalah candu rakyat. Namun, di satu sisi Marx mempertahankan asumsi Feurbach, di sisi lain Marx ketidak-konsekuenan Feurbach, bagi Marx: mengapa manusia sampai mengasingkan diri ke dalam agama? Dari sini, Marx menemukan sesuatu yang sangat penting: agama hanyalah tanda keterasingan manusia, tetapi bukan dasar. Agama hanya pelarian realitas manusia. Yang dikritik adalah keadaan buruk manusia yang membuatnya melarikan diri ke agama. Maka, kritik agama menjadi kritik masyarakat. Agama adalah tanda keterasingan sekunder, dan ‘keadaan’ masyarakat adalah keterasingan primer.
(4) Kapitalisme … hlm. 99
…dalam sistem kapitalisme, orang tidak bekerja secara bebas dan universal, melainkan semata-mata terpaksa, sebagai syarat untuk bisa hidup. Jadi, pekerjaan tidak mengembangkan, melainkan mengasingkan manusia, baik dari dirinya sendiri, maupun dari orang lain.
Dalam pembahasan keterasingan (alienasi), bagi Marx, negara adalah tanda hakikat sosial manusia yang terasing. Eksistensi negara sebagai lembaga yang dari luar dan dari atas memaksa manusia untuk bersikap sosial, sedangkan manusianya sendiri semata-mata bertindak egois. Hal ini masih dicerminkan dalam agama, manusia mengesampingkan cinta kasih dari luarnya dengan mengharap ridho illahi.
Dalam format ekonomi-politik, negara menjamin pemenuhan hak-hak asasi bagi warganya. Namun, tidak demikian realitanya. Di sini, Marx tidak mengungkapkan untuk penghapusan negara, tetapi elemen dan lini yang membersamainya harus dibenahi. Negara menyediakan pekerjaan, seharusnya manusia bekerja dengan gembira dan memuaskan. Tetapi dalam kenyataan justru yang terjadi adalah kebalikannya. Pekerjaan tidak merealisasikan hakikat (baca: kebebasan) manusia, justru mengasingkan. Dalam bahasa Marx, ini disebut dengan sistem Kapitalisme.
(5) Keterasingan … hlm. 119
Keterasingan dalam pekerjaan terjadi karena orang-orang yang terlibat dalam pekerjaan terjadi karena orang-orang yang terlibat dalam pekerjaan jatuh dalam dua kelas sosial yang berlawanan, yaitu kelas buruh dan kelas majikan.
Kapitalisme, menurut Marx, adalah sistem kontradiktif. Keduanya (buruh dan majikan) saling membutuhkan; buruh bekerja jika pabrik buka dan mesin produksi berjalan sedangkan majikan dapat mendulang keuntungan jika buruh bekerja. Namun, saling ketergantungan itu tidak seimbang. Dengan demikian, kelas pemilik (majikan) adalah kelas atas yang kuat dan para pekerja (buruh) adalah kelas bawah yang lemah. Ini adalah ciri khas kapitalisme; keterbagian dalam dua kelas yang saling membutuhkan-berlawanan.
(6) Materialisme Historis … hlm. 142
…naik dari bumi ke surga. Pembebasan manusia dari keterasingan, dari exploitation de l’homme par l’homme (pengisapan orang oleh orang), hanya dapat tercapai apabila hak milik pribadi dihapus. Keadaan tanpa hak milik pribadi itu yang disebut sosialisme.
Berpijak dari realitas sistem kapitalisme di atas, pembebasan dari segala ketertindasan ‘hanya’ dapat tercapai jika sosialisme didirikan. Hal ini dilakukan melalui analisis ekonomi kapitalisme yang berimplikasi pada intisari materialisme historis; realitas sosial menentukan kesadaran personal. Maka dari itu, Marx menempatkan aspek ekonomi sebagai basis. Basis mempengaruhi suprastruktur; agama, sosial, politik, budaya dan sebagainya.
(7) Kontradiktif Kapitalisme … hlm. 168
…bahwa sosialisme merupakan hasil perkembangan sejarah yang niscaya, jadi bahwa kapitalisme, karena dinamikanya sendiri, menuju keruntuhannya.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, kapitalisme adalah sistem kontradiktif. Di balik mempekerjakan buruh untuk mengumpulkan laba, sebenarnya mempercepat laju keruntuhannya. Kapitalisme dekat dengan praktik feodal. Segala hubungan, tatanan, sikap dan norma feodal-penghormatan atas kelas atas dan kedudukan kelas atas dan bawah sebagai adiduniawi-itu sebenarnya tidak lebih dari selubung suci yang menutup-nutupi eksploitasi kelas-kelas atas terhadap kelas-kelas bawah.
(8) Sosialis-Komunis; Alternatif Sistem Ekonomi Kapitalis … hlm. 177
Ciri-ciri masyarakat komunis adalah penghapusan hak milik pribadi atas alat-alat produksi, penghapusan adanya kelas-kelas sosial, menghilangnya negara, penghapusan pembagian kerja.
Marx tidak membedakan makna istilah sosialisme dan komunisme. Dalam arti yang sama, keadaan masyarakat tanpa kelas sesudah penghapusan hak milik pribadi dan alat produksi. Bagi negara-negara komunis, ajaran Marx mengalami kesulitan. Tampaknya, komunis tidak menghilangkan negara, justru menjadikannya mahakuasa. Oleh karena itu, filsafat Soviet membedakan sosialisme dan komunisme. Memang, revolusi sosialis tidak begitu saja melahirkan sosialisme.
Pada umumnya, filsafat Soviet membedakannya empat langkah; pertama, revolusi sosialis, di mana proletariat mengambil alih kekuasaan politik (misalnya Revolusi Bolshevik) lalu disusul dengan tahap; kedua, pembangunan sosialisme, tahap ini berakhir jika kelas dan ideologi selain proletariat sudah tidak ada lagi, kemudian tahap; ketiga, negara yang dikuasai partai komunis atas nama proletariat mengamankan masyarakat sosialis dari lawan-lawannya. Karena, negara masih dibutuhkan untuk melawan agresi dari luar dan terakhir tahap; keempat, negara dapat hilang jika kapitalisme sudah dikalahkan. Dan tahap terakhir itulah yang dalam wacana Soviet disebut dengan komunisme.
(9) Kritik Terhadap Sistem Ekonomi Kapitalisme … hlm. 186
…bahwa kehancuran kapitalisme dan terwujudnya sosialisme bukan sekedar tujuan moral-politik para penentang kapitalisme, melainkan merupakan hukum sejarah-harus dibuktikan dengan memperlihatkan bahwa kapitalisme, berdasarkan dinamika ekonomisnya sendiri, menuju ke kehancuran.
Secara garis besar, kritik Marx terhadap sistem ekonomi kapitalis ditulis dalam karya besarnya tiga jilid raksasa, Das Kapital, yang diterbitkan setelah kematiannya. Pertanyaan terpenting bagi Marx adalah ke mana arah perkembangan perekonomian kapitalis. Pembahasan ini hendak dibagi dua; pertama, ajaran tentang nilai lebih dan; kedua, dinamika perkembangan sistem ekonomi kapitalis. Pertanyaan perihal ‘mengapa kapitalisme mesti runtuh’ terjawab dalam bagian kedua.
Pertama, teori nilai lebih memiliki fungsi lain, bahwa segala keuntungan yang diperoleh oleh pemilik alat produksi yang merupakan hasil kerja buruh tidak dibayarkan kepadanya. Hal ini memperlihatkan bahwa seratus persen yang didapatkan oleh para pemilik adalah hasil curian dan seharusnya merupakan hak milik bagi kaum buruh. Kendati demikian, teori nilai lebih adalah legitimasi moral perjuangan kaum buruh melawan kaum kapitalis.
Kedua, dinamika perkembangan sistem ekonomi kapitalis. Dalam pembahasan tersebut, Marx sering mengutip dari laporan Parlemen Inggris tentang keadaan eksploitatif dalam pabrik-pabrik permulaan abad ke-19 di Inggris. Marx ingin menunjukkan bahwa segenap laba pemilik modal merupakan hasil kerja buruh yang bersifat eksploitatif. Sebut saja misalnya, dalam laporan itu, ada anak berumur tujuh tahun bekerja tanpa istirahat dari jam 4 pagi hingga jam 9 malam.
Pembahasan kedua tersebut, terangkum jelas dalam The German Ideology dan Manifesto Komunis, mengantarkan pada revolusi yang tak terelakkan, karena proletariat harus sedemikian melarat (baca: terasing) sehingga harus memilih antara mati atau berevolusi. Kemelaratan ini adalah kemelaratan absolut.
(10) Marxisme dan Kaum Buruh … hlm. 215
Marx tidak bermaksud sekadar memaparkan sebuah ajaran filosofis; tujuannya adalah tindakan praktis, revolusi proletariat, dan penciptaan sosialisme. Karena itu, nasib ajaran Marx berhubungan erat dengan perkembangan gerakan kaum buruh.
Inti dari sekian banyak pemikiran Marx yang beragam, berwarna, populis sekaligus komprehensif adalah Marx hanya ingin membawa ajaran filosofis menuju tindakan praksis. Hal ini sekaligus mengubah cara pandang Marx dari filsuf menuju sosiolog revolusioner. Pemikiran Marx yang mendobrak iklim kehidupan yang mapan (status quo) menjadi semangat perjuangan dan pembebasan kaum buruh. Sebut saja misalnya menjadi lambang perlawanan bagi Asosiasi Buruh Internasional (International Workingmen’s Association, IWA)tahun 1864-1876 dan Partai Sosial Demokrat Jerman (Sozialdemokratische Partei Deutschlands, SPD) tahun 1875.
Sepuluh bagian di atas adalah gambaran sistematis mengenai alur pemikiran Marx dari sejak ia menjadi bagian dari Hegelian Kiri muda hingga menerjunkan diri dalam problematika praksis. Dimensi kehidupan-pengetahuan yang sudah Marx lalui menjadi ciri tersendiri dan bukti, bahwa ‘keadaan sosial menentukan karakteristik (sikap dan ciri pandang) seseorang.’ Walaupun ideologi komunis kian redup dan hilang. Namun, pemikiran Marx tetap menantang. Marx istimewa, dengan cara pikirnya yang mampu mengubah dunia dan menginspirasi pembaruan intelektual dalam berbagai cakrawala.
REFERENSI
Magnis-Suseno, Frans. (2016). Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme Cetakan ke-X. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Engels, Friedrich. (2007). On Marx’s Capital (Tentang Das Kapital Marx). Bandung: Penerbit Buku Ultimus.
Mandel, Ernest. (2021). An Introduction to Marxist Economic Theory 1967. Yogyakarta: Penerbit Marxiyyah Liberty.
Marx, Karl dan Friedrich Engels. (2009). Manifesto of the Communist Party. United States of America: Rowland Publishing.
Marx, Karl. (1991). Kapital: Sebuah Kritik Ekonomi Politik, Buku II Proses Sirkulasi Kapital (Edisi Indonesia). Bandung: Penerbit Ultimus.
Marx, Karl. (1992). Kapital: Sebuah Kritik Ekonomi Politik, Buku III Proses Produksi Kapitalis Secara Menyeluruh (Edisi Indonesia). Bandung: Penerbit Ultimus.
Suryajaya, Martin, dkk. (2016). Marxisme dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Jakarta: Pustaka INDOProgress. [Red. IrchamM]