
(Foto: Gibral/LPM Justisia)
Jaringan Peduli Iklim dan Alam (Jarilima) menggelar Semarang Climate Strike 2025 dengan tema “Just Transition Now” di Taman Indonesia Kaya dan Panggung Aspirasi, depan Patung Pangeran Diponegoro UNDIP Pleburan, Semarang, pada Jumat, (14/11).
Kegiatan tersebut diikuti sekitar 200 peserta dari berbagai kalangan. Aksi ini menampilkan berbagai bentuk ekspresi seperti seni teatrikal, pembacaan puisi, dan orasi dari pelajar, mahasiswa, aktivis lingkungan, hingga tokoh lintas agama.
Menurut Ellen Nugroho, Selaku Koordinator Jarilima, kegiatan ini merupakan bagian dari Gerakan Global Climate Strake (Jeda Untuk Iklim Sedunia) yang melibatkan berbagai kalangan untuk sadar akan krisis perubahan iklim dengan menyuarakan aspirasi guna membangun kesadaran pemerintah dan masyarakat akan gentingnya kondisi perubahan iklim saat ini.
“Hari ini melakukan acara Semarang Climate Strike 2025 yang kelima. Jeda untuk Iklim Sedunia yang diikuti oleh pelajar, anak-anak muda, dan semua masyarakat yang peduli tentang isu perubahan iklim untuk turun kejalan dan membangun kesadaran pemerintah maupun masyarakat tentang gentingnya isu ini,” ucap Ellen.
Salah satu peserta aksi dari komunitas Gusdurian UIN Walisongo, Herumando, mengatakan bahwa keterlibatannya didorong oleh kesadaran baru mengenai penyebab kerusakan lingkungan.
“Dulu saya kira curah hujan tinggi atau banjir terjadi karena Tuhan marah. Setelah menjadi mahasiswa, saya paham bahwa kerusakan alam juga terjadi karena ulah manusia,” ungkapnya.
Aksi Semarang Climate Strike 2025 turut menegaskan peran penting generasi muda dalam mendorong pemerintah agar membuat kebijakan yang mampu mengurangi dampak krisis iklim, seperti banjir, curah hujan ekstrem, hingga kekeringan.
Penulis: Najmi Syauqi
Red/Ed: Redaktur