
Foto: Ig/Instagram Dema Fitk
Semarang, Justisia.com – Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) UIN Walisongo tahun 2025, memiliki momen tersendiri bagi mahasiswa baru khususnya Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK).
Hari terakhir PBAK mahasiswa FITK bersama maba menyatakan sikap tentang isu pendidikan yang tengah menghadapi tantangan serius, mulai dari ketimpangan fasilitas hingga komersialisasi pendidikan. Bertempat di landmark pada Kamis, (14/8).
Akhir-akhir ini pendidikan sendiri dijadikan sebuah komersial. Biaya kian meninggi, fasilitas yang tak memadai, rendahnya kesejahteraan guru, mulai mengikis esensi dari sebuah pendidikan itu sendiri.
Hirzi selaku salah satu panitia PBAK menanggapi tentang pemicu isu yang diangkat melalui pernyataan sikap Mahasiswa FITK dikarenakan kiannya menurun nilai dan mutu dari pendidikan di Indonesia.
“Permasalahan pendidikan di Indonesia, seperti kesenjangan akses, komersialisasi, ketimpangan fasilitas, perubahan kurikulum yang tidak terukur, dan rendahnya kesejahteraan guru,” terang Hirzi.
Pernyataan sikap yang dilakukan bertujuan agar menumbuhkan sikap kritis serta menjadi awal bagi mahasiswa baru sebagai penggerak untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan merata.
“Mahasiswa memiliki peran penting sebagai pengawal dan pengkritik kebijakan pendidikan demi terwujudnya pendidikan yang adil, berkualitas, dan berpihak pada rakyat,” lanjutnya.
Hirzi mengharapkan dengan diangkatnya isu pendidikan ini menjadi gerbang pembuka mahasiswa meneruskan keberanian suara demi mewujudkan cita-cita pendidikan yang bermutu bagi semua kalangan.
“Menumbuhkan kesadaran kritis, keberanian bersuara, dan komitmen untuk terus mengawal isu pendidikan demi tercapainya cita-cita pendidikan nasional,” pungkas Hirzi.
Penulis: Fata
Red/Ed: Redaktur