
Semarang, Justisia.com – Debat Kandidat ketua dan wakil ketua DEMA Universitas UIN Walisongo Semarang kembali di gelar pada hari Senin, (22/12), dalam rangka reorientasi pergerakan mahasiswa uin walisongo semarang dalam mengembalikan organisasi sebagai ruang lektual dan solutif.
As’ad, calon tunggal paslon Dema UIN Walisongo, menegaskan bahwa kepemimpinan harus berangkat dari kepentingan mahasiswa dan dijalankan secara kolektif. Menurutnya, pemimpin menjadi penyambung aspirasi mahasiswa. Ia menyebut mahasiswa sebagai “Tuhan” bagi seorang pemimpin, sehingga kebijakan harus berpijak pada kebutuhan dan suara mahasiswa.
Dalam pemaparannya, As’ad menjelaskan bahwa visi dan misi yang diusung tidak tersebar ke banyak arah, melainkan difokuskan pada tiga poin utama, yakni kolektif-kolegial, kolaborasi, dan partisipasi.
“Kita tidak fokus kemana-mana, tapi kita punya poin besar untuk menggagas visi dan misi itu. Kolektif kolegial, kolaborasi, dan juga partisipasi,” tuturnya.
Pendekatan kolektif-kolegial dipilih karena berbagai persoalan akademik mahasiswa, yang tidak dapat diselesaikan secara individual. Seperti halnya Program Ma’had, terutama terkait biaya dan fasilitas yang dinilai belum memiliki kejelasan dan keadilan.
Sementara itu, prinsip kolaborasi lahir dari pengamatan bahwa potensi besar organisasi dan lembaga di lingkungan kampus namun masih banyak ego kelembagaan maupun individu. As’ad menilai kolaborasi lintas elemen menjadi solusi, termasuk kerja sama dengan lembaga eksternal.
Partisipasi dinilai sebagai syarat utama agar kolektif dan kolaborasi dapat berjalan. As’ad menekankan bahwa perubahan sosial hanya dapat terwujud melalui kesadaran mahasiswa dan sistem kebijakan yang mampu mengakomodasi aspirasi mahasiswa.
Mengenai perbedaan aspirasi mahasiswa dengan prinsip pribadi pemimpin, As’ad mengatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan forum “Duduk Bareng Asa”. Forum ini dirancang sebagai ruang dialog rutin yang dilaksanakan setiap satu hingga dua bulan sekali untuk menyerap dan menyelaraskan aspirasi mahasiswa.
Terkait pengembangan intelektual, soft skill, dan hard skill mahasiswa, As’ad mengatakan sejumlah program unggulan, di antaranya Prestiva, Walisongo Awarding, Walisongo Culture Week, Walisongo Future Leader, dan Merawat Perjuangan.
“Jadi nanti kita akan menyiapkan bicara soft skill mungkin ya, kawan-kawan manusia hari ini untuk bisa berbicara kepimpinan,” jelasnya.
Ia menutup dengan menegaskan komitmen untuk terus membuka ruang kolaborasi dan partisipasi dengan seluruh elemen lembaga akademika UIN Walisongo ke depan.
Penulis : Gibral
Red/Ed : Redaksi