
Semarang, Justisia.com – Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang kembali menjadi perhatian publik akademik setelah secara resmi membuka penjaringan bakal calon rektor periode 2026–2030. Pengumuman tersebut tertuang dalam Surat Panitia Penjaringan Bakal Calon Rektor Nomor 01/PPBCR/10/2025 tertanggal 17 Oktober 2025.
Momentum ini sekaligus menjadi refleksi atas perjalanan panjang kepemimpinan kampus yang dikenal progresif dan inklusif. Sejak berdiri sebagai IAIN Walisongo pada 1970 hingga bertransformasi menjadi UIN pada 2014, lembaga ini telah dipimpin oleh 10 rektor, terdiri atas lima tokoh internal dan lima tokoh eksternal.
Kombinasi kepemimpinan dari dua latar berbeda tersebut memperkuat karakter UIN Walisongo sebagai ruang akademik terbuka, kolaboratif, dan berwawasan nasional. Dari K.H. Zubair Jaelani sebagai rektor pertama (1970–1972) hingga kepemimpinan terkini oleh Prof. Dr. H. Nizar Ali, M.Ag. (Plt. Oktober 2023, definitif 2024–2026), estafet kepemimpinan kampus ini selalu menghadirkan gagasan segar bagi pengembangan pendidikan Islam modern.
Lima Rektor UIN Walisongo dari Luar Kampus (Eksternal)
- Prof. Tgk. H. Ismail Yakub, M.A.
Rektor IAIN Walisongo periode 1972–1977. Ulama dan intelektual asal Aceh, lulusan Universitas al-Azhar Kairo, Mesir. Sebelumnya menjabat Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya (1965–1972). Ia dikenal sebagai penerjemah monumental Ihya’ Ulumuddin karya Imam al-Ghazali ke Bahasa Indonesia, rampung dalam 16 tahun. - Prof. Drs. H. Ahmad Ludjito
Rektor IAIN Walisongo periode 1977–1979 dan 1988–1996. Sebelumnya menjabat Kepala Badan Litbang Agama Kementerian Agama RI. Alumni Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (1961) dan peraih Diploma dari University of Swansea, Inggris (1966–1968). - Drs. H. Zarkowi Soejoeti
Rektor periode 1979–1986. Lahir di Bantul, 5 April 1934. Alumni PTAIN/IAIN Yogyakarta (1960) dan pernah belajar Antropologi Sosial di Vrije Universiteit Amsterdam. Sebelum menjadi rektor, beliau menjabat Sekretaris Ditjen Bimas Islam Kemenag RI. - Dr. H. Zamachsjari Dhofier, M.A.
Rektor periode 1997–1999. Lahir di Salatiga, 25 Juli 1941. Meraih gelar Master dan Doktor dari Australian National University. Pemikirannya tentang tradisi pesantren menjadi rujukan penting dalam studi Islam Indonesia. - Prof. Dr. H. Nizar Ali, M.Ag.
Rektor definitif 2024–2026. Lahir di Jepara, 21 Maret 1964. Alumni IAIN/UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dari S1 hingga doktoral. Pernah menjabat Sekjen Kemenag RI dan Dirjen Penyelenggaraan Haji & Umrah (2017–2020).
Lima Rektor UIN Walisongo dari Dalam Kampus (Internal)
- K.H. Zubair Umar al-Jaelani
Rektor pertama (1970–1972). Ulama ahli falak, murid KH. Hasyim Asy’ari. Pernah menjabat Rais Syuriah PWNU Jateng (1956–1967). Karyanya Al-Khulasah al-Wafiyah fi al-Falak bi Jadawil al-Lugharitmiyah masih menjadi rujukan dalam ilmu hisab. - Prof. Dr. H. Qodri A. Azizy, M.A.
Rektor 1999–2003. Lahir di Kendal, 24 Oktober 1955. Alumni Fakultas Syariah IAIN Walisongo (1981), meraih MA dan Ph.D. dari University of Chicago. Pernah menjadi Sekretaris Menko Kesra. - Prof. Dr. H. Abdul Djamil, M.A.
Rektor 2003–2011 (dua periode). Lahir di Kudus, 14 April 1957. Alumni Fakultas Ushuluddin. Setelah menjabat rektor, berkarier di Kemenag RI dan kini menjadi Rektor UNISNU Jepara (2024–2028). - Prof. Dr. H. Muhibbin Noor, M.Ag.
Rektor 2011–2019. Alumni Fakultas Syariah (1985). Guru Besar Ilmu Hadis yang memimpin transformasi IAIN menjadi UIN pada 2014. - Prof. Dr. H. Imam Taufiq, M.Ag.
Rektor 2019–2023. Lahir di Jombang, 30 Desember 1972. Guru Besar Ilmu Tafsir, pengasuh Pesantren Darul Falah Besongo Semarang, sekaligus Ketua MUI Jawa Tengah (2021–2026).
Semangat Keterbukaan dan Visi 2038 UIN Walisongo
Perjalanan kepemimpinan UIN Walisongo mencerminkan semangat keterbukaan dan inovasi. Kolaborasi antara figur internal dan eksternal memperkaya dinamika akademik dan budaya kelembagaan. Prinsip ini sejalan dengan visi universitas:
“Menjadi universitas Islam riset terdepan berbasis kesatuan ilmu pengetahuan untuk kemanusiaan dan peradaban tahun 2038.”
Penjaringan calon rektor 2026–2030 bukan sekadar pergantian kepemimpinan, melainkan bagian dari upaya memperkuat komitmen terhadap nilai-nilai keislaman, keilmuan, dan kemanusiaan universal.
Selama lebih dari lima dekade, UIN Walisongo telah menjadi miniatur Indonesia yang plural, tempat berpadu tradisi Islam, ilmu pengetahuan modern, dan semangat kebangsaan. Menatap 2038, kampus ini bertekad menjadi universitas riset unggul yang berakar pada kearifan lokal sekaligus berdaya saing global.
Penulis : Tim Litbang Justisia
Red/Ed : Redaktur