
(Foto: Dakhlat/Justisia)
Semarang, Justisia.com – Momen pelaksanaan PBAK UIN Walisongo menjadi warna tersendiri bagi Fakultas Syari’ah dan Hukum, terdapat kejadian-kejadian menarik yang cukup menjadi perhatian. Diantara yaitu pelantunan lagu “naik-naik ke puncak gunung yang di ubah liriknya, menjadi naik-naik UKT tinggi”.
Selain itu kemunculan vandal di gedung Prof Qodry Azizy semakin menambahkan kesan dalam pelaksanaan PBAK. (12/8).
Menanggapi kejadian menarik yang terjadi di Fakultas Syari’ah dan Hukum. Yusrul Rizanul Muna selaku anggota Dema Fakultas mencoba memberikan keterangan mengenai kejadian yang terjadi selama PBAK tersebut.
“Pelantunan lagu ‘naik-naik UKT tinggi’ sejatinya merupakan kritik terhadap melambung tingginya UKT mahasiswa yang sangat memberikan pengaruh terhadap beban perekonomian mereka,” jelas sang menko pengembangan mahasiswa.
Kemunculan vandal di gedung prof Qodry Aziziy menjadi sebuah khusus dalam pelaksanaan hari kedua PBAK di Fakultas Syari’ah dan Hukum. Secara lebih merinci vandal tersebut berisi mengenai penolakan RUKHP dan kriminalisasi yg ada di Indonesia.
“Kemunculan vandal tersebut berusaha mengangkat bagaimana permasalahan negeri kita yang sebagai negara demokrasi. Namun tidak terlihat kebijakannya yang mendengarkan aspirasi masyarakat,” ucapnya.
Rangkaian kejutan yang muncul di pbak Fakultas Syari’ah dan Hukum bertujuan mendobrak mahasiswa agar menjunjung setinggi tingginya keadilan dan peka terhadap permasalahan di masyarakat.
“Terdapat kejadian yang terjadi di Fakultas Syari’ah dan Hukum saya berharap mahasiswa bisa lebih sadar terhadap problematika masyarakat dan selalu memperjuangkan keadilan setinggi tingginya. Seperti terdapat dalam salah satu adagium fiat Justitia ruat caelum yang artinya hendaklah keadilan ditegakkan, walaupun langit akan runtuh,” pungkas Rizanul Muna dalam sesi wawancara bersama Tim Redaksi Justisia.
Penulis: Dakhlat
Red/Ed: Redaktur