
Era Serba Digital, Apakah Buku Fisik Dianggap Tidak Praktis Sebagai Sumber Referensi?
Semarang, Justisia.com – Mahasiswa UIN Walisongo memiliki pendapat berbeda soal sumber referensi untuk menyelesaikan tugas perkuliahan. Sebagian lebih memilih buku fisik di perpustakaan, sementara yang lain merasa e-book lebih praktis digunakan.
Salah satu mahasiswa semester tiga Jurusan Akuntansi Syariah, termasuk tim “buku fisik” sebagai referensi. Menurutnya, buku-buku di perpustakaan masih jadi penyelamat saat tugas menumpuk.
“Mendukung banget, apalagi sekarang tugasnya banyak yang makalah. Buku di perpustakaan sangat menunjang pembuatan makalah,” ujar Wahidah ketika wawancarai oleh Kru Magang LPM Justisia pada Kamis, (25/9).
Ia juga merasa membaca langsung dari buku fisik terasa lebih nyaman daripada membaca di e-book.
“Lebih suka langsung baca di buku. Kalau di internet kadang terkendala koneksi, terus juga nggak enak di mata. Enaknya langsung baca buku,” ungkapnya.
Berbeda dengan Wahidah, Auliya Nur Rahma mahasiswa semester tujuh Jurusan Pendidikan Matematika, merasa lebih nyaman mencari referensi dari dunia digital.
“Saya jarang menggunakan buku, lebih sering menggunakan e-book di internet untuk mencari referensi,” ungkapnya.
Menurut Auliya, ketersediaan buku di perpustakaan sering menyulitkan dirinya dalam mencari referensi yang ia butuhkan.
“Di perpustakaan ada web untuk mencari buku, tapi kadang buku yang dicari sudah habis atau kalau ada label C1, bukunya tidak bisa dibawa pulang, jadi hanya bisa dibaca di tempat,” jelasnya. Ia juga merasa e-book jauh lebih praktis dibandingkan dengan membaca buku fisik.
“Buku yang saya cari di perpustakaan nggak ada. Makanya, saya lebih sering menggunakan e-book,” tutupnya.
Perbedaan pendapat ini menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki preferensi masing-masing dalam mencari referensi, baik melalui buku fisik di perpustakaan maupun e-book yang dapat diakses secara daring.
Penulis: Maryam Fatih Safhira
Red/Ed: Redaktur