Gaya Perlawanan Masyarakat Tani Desa: Analisis Teori James C. Scott tentang Weapons of the Weak: Everyday Forms of Peasant Resistance

Oleh: Avicena Hilmi
Abstrak
Tulisan ini menganalisis perlawanan kaum tani di pedesaan melalui lensa teori Weapons of The Weak oleh James C. Scott. Berbeda dengan pandangan tradisional yang hanya menganggap pemberontakan secara terbuka sebagai bentuk perlawanan. Dalam pandangan Scott tentang perlawanan kaum tani seringkali menggunakan pertarungan tersembunyi, non konfrontatif, dan lebih individual sebagai strategi untuk menentang dominasi elit penguasa. Esai ini membahas konsep ruang tersembunyi (hidden transcript) dan senjata kaum lemah (weapons of the weak). Dengan menggunakan studi kasus hipotesis dalam sebuah desa, esai ini menunjukkan bagaimana sebuah perlawanan kaum petani pedesaan secara tersembunyi untuk menegosiasikan dominasi penguasa dan menentang otoritas tanpa memicu represifitas aparat Negara.
Kata Kunci: Petani dan Perlawanan
Pendahuluan
Teks tentang konflik agraria historis lebih sering membahas tentang pemberontakan besar dan revolusi. Namun, cara ini sering tidak bisa menjelaskan mengapa banyak petani, meskipun mengalami eksploitasi dan ketidakadilan, jarang melakukan perlawanan secara terbuka. Situasi yang tidak seimbang, di mana petani berada di bawah pengaruh tuan tanah, elit, atau pemerintah, menjadikan perlawanan langsung sangat berisiko. Menyadari keterbatasan tersebut, sosiolog politik James C. Scott dalam karyanya yang penting, Weapons of the Weak: Everyday Forms of Peasant Resistance (1985), memberikan pandangan baru. Scott menyatakan bahwa ketidakpatuhan dan penolakan dari para petani tidak selalu terlihat dalam bentuk tindakan heroik. Sebaliknya, perlawanan sering muncul dalam bentuk yang sederhana, bersifat individu, dan tersembunyi yang ia sebut sebagai “senjata-senjata kaum lemah. Dalam konteks Indonesia sering terjadi konflik agraria atau perampasan lahan secara sepihak oleh penguasa yang hal tersebut sangat merugikan kaum tani. Dalam berbagai permasalahan yang merugikan kaum tani, seringkali bentuk perlawanan kaum tani sulit dilihat secara terbuka. Banyak petani yang melakukan perlawanan secara simbolik, hal tersebut secara tidak lansgung menentang tiran yang berkuasa tanpa terjadi represifitas dari Negara. Esai ini bertujuan untuk mengembangkan dan menganalisis relevansi teori Scott dalam memahami dinamika perlawanan petani di desa.
Tinjauan Teoritis: Weapons of the weak
James C. Scott mengritik pandangan yang melihat kepatuhan kaum tani adalah sebuah penerimaan terhadap nasibnya. Ia berpendapat bahwa kepatuhan seringkali merupakan ruang publik (public transcript) sebuah pertunjukan yang sengaja ditampilkan untuk menghindari hukuman. Di balik kepatuhan ini, terdapat “ruang tersembunyi” (hidden transcript), sebuah ruang tersembunyi dimana kaum lemah berbagi cerita, kebencian, dan aspirasi terpendam mereka terhadap kekuasaan. Tanpa disadari hidden transcript menjadi sebuah sumber atau awal dari sebuah perlawanan sehari-hari.
James C. Scott, seorang ahli antropologi politik, memperkenalkan gagasan mengenai “senjata kaum lemah” sebagai bentuk perlawanan yang terjadi sehari-hari oleh kelompok yang terpinggirkan, khususnya para petani. Berbeda dari revolusi terbuka yang bersifat kolektif dan konfrontatif, senjata ini muncul dalam cara yang lebih individual, disembunyikan, dan sering kali tidak berlandaskan ideologi. Salah satu contohnya adalah dengan memperlambat pelaksanaan pekerjaan. Para petani tetap menjalankan tugas mereka di lahan milik tuan tanah, tetapi dengan tempo yang tidak efisien, sehingga mengurangi keuntungan pihak penguasa. Dari perspektif luar, tindakan ini sering dianggap sebagai sikap malas, padahal ada tujuan resistensi yang mendasarinya.
Di samping itu, di dalam praktik sering terdapat pencurian yang dilakukan secara diam-diam. Para petani mengambil sedikit hasil panen tanpa sepengetahuan, yang bagi mereka tidak dianggap sebagai pelanggaran hukum, melainkan sebagai bentuk kompensasi moral atas penindasan yang mereka alami. Pendekatan yang sama terlihat dalam strategi berpura-pura tidak mengetahui atau tidak memahami instruksi, yang memungkinkan mereka menghindari beban kerja berlebihan tanpa secara langsung menolak.Senjata yang lain muncul dalam bentuk simbolik, seperti melalui gosip, rumor, atau fitnah. Alat verbal ini berfungsi untuk merusak legitimasi sosial tuan tanah atau elit desa, menghancurkan reputasi mereka di depan komunitas, dan pada akhirnya mengurangi kontrol mereka. Pada beberapa kasus, perlawanan juga muncul dalam wujud sabotase atau pembakaran fasilitas produksi, yang dilakukan secara anonim untuk menyebabkan kerugian ekonomi dan sekaligus menyalurkan emosi yang tertekan.
Scott menekankan bahwa meskipun setiap tindakan terlihat kecil dan terpisah, penumpukan praktik semacam ini memiliki dampak besar pada hubungan kekuasaan. Tujuan dari tindakan ini bukanlah untuk menggulingkan sistem sepenuhnya, melainkan untuk merundingkan kembali kondisi eksploitasi, menunda kewajiban, atau sekadar mengganggu rasa dominasi dari pihak penguasa. Dengan demikian, “senjata kaum lemah” berfungsi sebagai strategi adaptif yang memberi kesempatan kepada kelompok tertekan untuk bertahan hidup sekaligus menjaga martabat mereka dalam struktur sosial yang tidak seimbang.
Karya Scott memberikan dampak yang besar dalam bidang politik dan antropologi karena menantang cara pandang yang sudah umum. Sebelum adanya Scott, banyak kajian tentang perlawanan hanya melihat pada revolusi atau kelompok massa yang terorganisir, seperti pemberontakan tani yang terkenal di Tiongkok, Vietnam, atau Amerika Latin. Scott menjelaskan bahwa kelompok yang lemah tidak bisa hanya dianggap diam karena mereka tidak melakukan revolusi. Mereka tetap berjuang, tetapi cara mereka berbeda: kecil, terpisah, dan seringkali tidak terlihat. Aspek penting lainnya adalah teori ini menunjukkan kemampuan kelompok yang tertekan. Alih-alih dianggap sebagai korban yang tidak berdaya dari sistem sosial-ekonomi, para petani dan orang-orang kecil dipandang sebagai pelaku yang cerdas dalam mencari cara untuk bertahan dan melawan.
Relevansi di Negara Indonesia
Mirip dengan kasus Kedah yang dikaji Scott, Revolusi Hijau di Indonesia juga menciptakan kesenjangan sosial. Petani kecil sering kali tersisih dari akses pupuk bersubsidi, benih unggul, atau kredit perbankan. Dalam praktiknya, mereka harus berhadapan dengan tengkulak yang mengendalikan harga dan distribusi. Banyak petani tidak mampu bersuara lantang, karena posisi tawar mereka sangat lemah. Maka lahirlah bentuk-bentuk perlawanan kecil. Ada petani yang diam-diam menyisihkan sebagian gabah untuk keluarganya sebelum ditimbang tengkulak. Ada pula yang berpura-pura hasil panennya sedikit agar tak ditarik lebih banyak. Bagi orang luar, itu mungkin tampak sebagai kecurangan, tetapi bagi petani, itu adalah cara mempertahankan martabat, memastikan anak-anak mereka tetap makan, dan melawan ketidakadilan yang mereka hadapi setiap musim panen.
Kesimpulan
Gagasan James Scott dalam bukunya “Weapons of the Weak” memberikan cara berpikir yang berbeda, dengan mengatakan bahwa melawan tidak selalu harus melalui peristiwa besar dan nyata seperti revolusi atau kerusuhan. Petani kecil dan kelompok terpinggirkan memiliki cara sendiri untuk melawan kekuatan yang lebih besar. Mereka melakukannya melalui tindakan sederhana, rutin, dan tersembunyi. Meskipun gagasan ini telah dikritik, terutama tentang seberapa efektifnya dan bagaimana ia melibatkan kelompok-kelompok, gagasan ini penting karena mengubah cara kita memandang tarik-ulur kekuasaan. Di Indonesia, gagasan senjata kaum lemah dapat menjelaskan bagaimana petani, pekerja, dan masyarakat umum melawan ketidakadilan dengan cara-cara diam-diam, baik di pertanian, di tempat kerja, maupun daring. Jadi, senjata mereka yang tak berdaya bukanlah alat yang dapat membunuh, melainkan cara cerdas untuk tetap hidup, melindungi kehormatan mereka, dan melemahkan kekuasaan mereka yang berkuasa. Dari sini, kita dapat belajar bahwa meskipun orang memiliki banyak keterbatasan, mereka tetap dapat melawan dan membuat perbedaan
Referensi
James. C Scott. Weapons of the Weak: Everyday Forms of Peasant Resistance. New Haven: Yale University Press, 1985.
Siahaan, Hotman M. “Anarki Sebagai Upaya Mempertahankan Subsistensi Di Pedesaan.” Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2.3 (1999): 60-70