Rudy Darmawan, Sang Peraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Tertinggi di UIN Walisongo Semarang

Dokumentasi Acara Wisuda pada Auditorium 2 Kampus 3 UIN Walisongo Semarang

Semarang, Justisia.comRudy Darmawan, Sang Peraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Tertinggi di UIN Walisongo Semarang

Rudy Darmawan, Mahasiswa UIN Walisongo Semarang dari Prodi Hukum Keluarga Islam (HKI) berhasil mencatatkan dirinya sebagai Wisudawan Terbaik dengan Peraih IPK tertinggi Se-Universitas dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,94 pada Selasa (24/05/2022).

Rudy Darmawan, menuturkan bahwa ia sangat senang ketika ditetapkan sebagai wisudawan terbaik sekaligus tidak menyangka juga dengan pencapaiannya tersebut.

“Perasaan saya yang pertama tentu senang. Dan tidak menyangka juga, karena saya sejak awal melakukan kuliah itu target saya bukan untuk berprestasi ini,” jelas Rudy.

Mahasiswa asal Kendal itu juga menambahkan bahwa menjadi Wisudawan Terbaik itu bukan targetnya, akan tetapi yang terpenting baginya ialah mempunyai nilai IP yang bagus setiap semester.

“Tapi yang terpenting, nilai IPK saya disetiap semester itu bagus dan alhamdulillah hasilnya sampai sekarang juga, dan menjadi pemilik nilai terbaik setiap semester itu adalah target saya,” ungkapnya.

Rudy kemudian membeberkan tipsnya yang membuat dia bisa mendapat nilai yang bagus setiap semester.

“Kalau trik atau cara itu buat saya yang terpenting adalah semangat untuk memperoleh nilai bagus,” tuturnya.

Rudy mengatakan bahwa Keadaan Orang Tuanyalah yang menjadi faktor kesuksesannya sebagai wisudawan terbaik. Dengan prinsip hidupnya rudy yaitu Bahagiakanlah Orang Tuamu, maka tunggu kesuksesanmu akan datang, menjadi penambah semangat dalam pembelajarannya demi kebahagiaan orang tuanya.

Kemudian Mahasiswa asal Prodi Hukum Keluarga Islam tersebut, menjelaskan keadaan orang yang baginya menjadi motivasi untuk belajar dengan sungguh-sungguh.

“Karena dalam setiap hari, saya tahu pekerjaan ibu dan bapak saya, dia pekerja keras. Kalau saya tidak berbalas balik dengan kerja keras dengan saya belajar. Maka dari itu saya, ingin membalas itu (kerja keras orang tua). Jadi bagaimana mungkin, soal belajar saya tidak mengenal waktu, pagi siang malam. Bahkan jam 12 itu sampai jam 4. Faktor utamanya adalah orang tua,” jelas sang peraih IPK tertinggi tersebut.

Selain itu, Rudy juga menjelaskan proses suka dukanya selama kuliah. Ia memberi tahu bahwa kesulitannya berkaitan dengan waktu belajar, karena harus membagi waktu dengan membantu pekerjaan orang tua. Dan Rudy menerangkan bahwa pada masa semester awal-awal, ia harus membantu ibunya berdagang di pasar setiap paginya, hal itu membuat dia mau ataupun tidak mau harus bangun jam 4 pagi setiap harinya. Jadi karena hal terbuat membuat dirinya lebih sering beraktivitas di rumah ketimbang di kampus. Akan tetapi hal itu, tidak mengganggu dirinya untuk selalu belajar tanpa mengenal waktu.

Mahasiswa Peraih IPK tertinggi tersebut juga menyampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada kedua orang tunya yang selalu mensupportnya dirinya sampai sekarang ini.

“Terima kasih kepada orang tua, semoga apa yang menjadi cita-citanya untuk menjadikan anaknya itu lebih baik dari orang tua bisa terwujud. Dan itu kedepan akan saya lakukan,” tutur Rudy.

Zaenuri selaku orang tua dari Rudy Darmawan, mengakui bahwa ia sangat bersyukur atas pencapaian anaknya, dikarenakan dengan kondisi orang tua yang serba kekurangan, Rudy masih bisa belajar dengan tekun. Zaenuri juga menekankan kepada anaknya, untuk tidak memikirkan persoalan biaya perkuliahan, karena Tuhan pasti akan memberikan rezeki kepada kita.

Zaenuri juga menjelaskan bahwa ia bekerja sebagai buruh pabrik 16 jam sehari yang hanya masuk rumah hanya ketika ingin tidur saja, selain itu ia tidak masuk rumah dengan tujuan untuk membiayai biaya hidup anaknya.

“Pernah suatu ketika, Zaenuri memberi pesan kepada anaknya Rudy Kalau orang tua kerja 16 jam anaknya kok nakal itu cuma ada di sinetron, kalau didunia nyata itu tidak boleh. Di dunia nyata, itu orang tua kerja 16 jam anak harus kasihan sama orang tuanya. Nah itu dibuktikan oleh Rudy,” jelas ayah Rudy.

Ayah dari mahasiswa prodi HKI itu juga mengakui bahwa faktor kesuksesan rudy saat ini, akibat faktor kasihan rudy sama orang tuanya.

“Makanya rudy itu sampai dapat prestasi seperti ini, dia kasihan sama orang tuanya, kalau dia tidak pintar, kasihan bapak saya,” tambah Zaenuri.

Rudy memberikan pesan kepada para mahasiswa yang masih menjalani masa kuliahnya untuk tetap semangat meskipun dosen pembimbing kita terkesan kejam, karena hal itu juga bisa menjadi sebab kita untuk terus berubah menjadi lebih baik untuk kedepannya.

“Pesan untuk para mahasiswa, tetap semangat dan jangan mengeluh, meskipun pembimbing kalian itu sangat kejam,” pesan Rudy sembari mengakhiri sesi wawancara kali ini.

Penulis: Moh. Rizki Dunggio
Redaksi: IrchamM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *