Sosialisasi Protokol Kesehatan dan Vaksinasi UIN Walisongo dan DEMA UIN Walisongo Raih Rekor Muri

Sumber: instagram @uinwalisongosemarang

Semarang, Justisia.com – UIN Walisongo dan Dewan Mahasiswa (DEMA) UIN Walisongo Semarang meraih penghargaan dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) sebagai pelopor sosialisasi protokol kesehatan dan ajakan vaksinasi secara virtual yang dilakukan oleh mahasiswa terbanyak dengan jumlah 6.052 dari 8 fakultas di UIN Walisongo Semarang.

Piagam rekor MURI diserahkan secara langsung oleh perwakilan MURI Semarang Ari Andriani, pada hari terakhir Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) kepada Rektor UIN Walisongo dan Ketua Dewan Mahasiswa (DEMA) UIN Walisongo, di Aula 2 Kampus 3 pada hari Kamis, 5 Agustus 2021.

Ari Andriani selaku penanggung jawab MURI Semarang mengatakan atas diraihnya rekor tersebut. UIN Walisongo Semarang telah mencatatkan prestasinya yang kelima memperoleh penghargaan dari MURI.

“Ketika masih bernama IAIN Walisongo, pertama berhasil meraih rekor membuat kuadran terbesar, Konfigurasi MOB dengan tampilan kreasi terbanyak, Konferensi secara virtual lintas negara terbanyak dan unggahan video moderasi beragama oleh mahasiswa terbanyak,” kata Ari dalam sambutannya.

Pada kesempatan yang sama, Pendiri MURI Jaya Suprana mengapresiasi pencapaian UIN Walisongo atas kontribusi nyata dalam membantu penanganan Covid-19.

“UIN Walisongo Semarang membentuk relawan vaksinasi Covid-19 dan terjun langsung untuk mengedukasi masyarakat yang belum divaksin,” kata Jaya dalam sambutannya secara daring.

Lebih lanjut, Ia mengucapkan selamat atas pencapaian tersebut. “MURI dengan bangga menyatakan dan mengukuhkan poster sosialiasi protokol kesehatan dan vaksin secara virtual karya mahasiswa terbanyak,” pungkasnya sambil tepuk tangan.

Rektor UIN Walisongo Imam Taufiq turut mengapresiasi atas terselenggaranya PBAK 2021 dan ditambah dengan pencapaian rekor MURI.

“Siang ini, Saya terharu, bahagia, dan senang melihat proses PBAK yang berjalan dengan baik dan lancar sesuai yang sudah direncanakan. Serta ditambah dengan pengukuhan rekor MURI yang telah disampaikan. Ini adalah bagian dari cara kita untuk mewujudkan mahasiswa yang unggul, berprestasi, profesional dan berakhlakul karimah,” ucap Imam dalam sambutannya.

Pengasuh Ponpes Darul Falah Besongo tersebut lebih lanjut mengatakan, rekor MURI ini atas kontribusi dari mahasiswa baru bukan hanya sekadar menambah capaian prestasi bagi sivitas akademika. Namun juga menunjukkan bahwa generasi walisongo cakap dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

“Melalui rekor MURI poster sosialisasi protokol kesehatan dan vaksin terbanyak yang diraih oleh DEMA UIN Walisongo dan UIN Walisongo Semarang tidak hanya sebagai tambahan capaian prestasi UIN Walisongo Semarang. Tetapi lebih daripada itu adalah menunjukkan mahasiswa-mahasiswi baru UIN Walisongo cakap dan terampil menggunakan perkembangan ilmu pengetahuan di tengah pandemi ini,” jelas Imam.

Pencapaian rekor yang diraih ini menurut Imam Taufiq merupakan bukti nyata mahasiswa ikut berkontribusi nyata dalam merespon persoalan aktual yang dihadapi masyarakat, yakni pandemi Covid-19.

“Ini adalah bagian kontribusi nyata para mahasiswa bahwa hari ini semua komponen bangsa dituntut untuk ikut serta andil bagian bersama-sama dalam menyelesaikan pandemi Covid-19,” tambah Imam.

Persiapan Dalam Mewujudkan Rekor Muri

Terkait diraihnya penghargaan dari MURI, Justisia menemui Ketua PBAK 2021 dari unsur mahasiswa, Khoirurroziqin mahasiswa jurusan Psikologi angkatan 2017. Menurutnya, wacana pertama kali yang ingin didaftarkan MURI adalah Deklarasi Moderasi Beragama. Namun wacana tersebut ditolak oleh MURI.

“Pada awalnya kita ingin merekormurikan agenda hari pertama yaitu deklarasi moderasi beragama. Tapi karena memang deklarasi moderasi beragama sudah pernah dimurikan oleh Lembaga UIN Walisongo pada kegiatan KKN tahun lalu, usulan rekor MURI yang kami ajukan ditolak oleh MURI,” tutur Khoirurroziqin.

Lalu muncul opsi lain yaitu poster sosialisasi protokol kesehatan dan vaksinasi. “Akhirnya muncul opsi untuk merekormuri poster ini. Awalnya poster ini bentuknya kata-kata mutiara, karena kita merekormurikan jadi kita sajikan sebagai ajakan mematuhi protokol kesehatan,” tambahnya.

Dalam ranah Perguruan Tinggi, UIN Walisongo turut terlibat langsung dalam penanganan Covid-19 di Jateng. Hal ini dibuktikan dengan dihibahkannya gedung asrama mahasiswa sebagai tempat isolasi terpusat pasien Covid-19 dan sentra vaksinasi.

“Karena memang kebetulan UIN Walisongo itu ditetapkan sebagai tempat sentra vaksinasi dan juga untuk isolasi mandiri. Jadi kami rasa membuat poster [sosialisasi] ini juga sesuatu yang mendukung kegiatan itu,” jelas mahasiswa jurusan Psikologi tersebut.

Mengenai upaya mewujudkan rekor MURI ini, Khoirurroziqin menuturkan beberapa tahapan mulai dari pengajuan hingga koordinasi bersama seluruh fakultas dan mahasiswa.

“Ada beberapa tahapan yang kita lakukan terlebih dahulu. Pertama, pengajuan. Jika pengajuan sudah disetujui oleh pihak MURI setelah itu konsolidasi, yaitu dari panitia mengkoordinir seluruh fakultas dan seluruh mahasiswa UIN Walisongo bersama-sama membuat poster terkait protokol kesehatan,” ujarnya.

Khoirurroziqin juga mengaku terdapat beberapa kendala yang disampaikan oleh Penanggung Jawab (PJ) Mahasiswa Baru dalam pembuatan poster tersebut terkait editing dan tugas-tugas lain yang harus diselesaikan oleh mahasiswa baru 2021.

“Beberapa kendala yang disampaikan oleh PJ itu diantaranya adalah keterbatasan dari masing-masing mahasiswa baru. Yang namanya mengedit itu tidak semua orang bisa ya, jadi ada keterbatasan untuk editing dari maba. Dan juga berbenturan dengan tugas yang lain,” pungkasnya.

Atas pencapaian tersebut, UIN Walisongo berhasil mengalahkan rekor sebelumnya yang dipegang oleh Universitas Muhammadiyah Tangerang dengan poster sosialisasi protokol kesehatan sebanyak 2.528. [Red. Pepi]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *