Perang Tweet: Tenaga Pengajar Versus Mahasiswa UIN Walisongo Komentari Isu UKT
“Loh kan tinggal mengundurkan diri aja, cari kampus lain,”

Tangkapan layar tanggapan akun twitter salah satu tenaga pendidik di cuitan twitter UIN WS Menfess. Sumber: LPM Justisia
Semarang, justisia.com – 94 like, 15 retwet, serta 47 komenan mampir pada salah satu cuitan Twitter UIN WS MENFESS setelah akun dengan nama terang @mochammadmaola memberikan mention yang dinilai kontroversial oleh sejumlah mahasiswa UIN Walisongo, Semarang.
“Loh kan tinggal mengundurkan diri aja, cari kampus lain,” mention Mochammad Maola, yang diketahui adalah salah satu tenaga pengajar UIN Walisongo.
‘Menfess’ merupakan singkatan dari mention confess, yang berarti sebuah pesan atau sekadar kata-kata yang hendak disampaikan kepada seseorang, tanpa memberitahukan identitas si pengirim alias sender.
Lumrahnya, ‘menfess dipakai’ buat mengutarakan perasaan terpendam atau bahkan ketidaksukaan. Sender biasanya menggunakan jasa fanbase (yang dalam konteks ini adalah akun UIN WS MENFESS) untuk mengirim twit/menfess tersebut secara anonim. Akun tersebutlah yang mengubah direct message tadi menjadi twit.
Mention yang diketik Maola tersebut ia tujukan untuk menanggapi menfess yang berbunyi “Ws! Maba sekarang diwajibkan ngisi surat pernyataan tidak mengajukan revisi UKT di kemudian hari ngeri banget sih ini!”
Surat pernyataan yang menjadi bahan gunjingan pada menfess tersebut merupakan salah satu surat pernyataan yang wajib ditandatangani oleh mahasiswa baru yang dinyatakan diterima atau lulus seleksi sebagai syarat untuk melakukan registrasi atau daftar ulang.
Sebagaimana yang tercantum di dalam Pedoman Akademik UIN Walisongo Pasal 15 ayat (1) dan (2) tentang Registrasi Mahasiswa Baru.
Mention tersebut sontak memancing keriuhan mahasiswa yang lain untuk turut menanggapi mention itu dan beberapa tweet Mochammad Maola pada Rabu malam 30/06.
Salah satu akun bernama @yusuffmu menyatakan bahwa mention Maola itu sama sekali tidak mencerminkan mental mahasiswa.
“Mental mahasiswa bukan begini, kalau ini sampean yang undur diri gara-gara UKT selangit, saya sebagai temenmu (Misalnya, tapi wegah temen an) mungkin bisa perjuangkan untuk masalah UKT bukan cari kampus lagi. Begitulah mahasiswa, Om.”
Akun dengan nama @efekrumahsakit mengungkapkan bahwa mention Maola sangat tidak solutif untuk menjawab problem UKT di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang.
“Loh, panjenengan kok lucu nemen, Pak? Mboten solutif blas #uinwsmahal.”
Komentar bernada sarkastik turut pula dilontarkan oleh akun bernama @timmysuwiknyo.
“Enteng kali Anda bilang kek gitu, macam cari gorengan aja gakuat bayar cari yang lain.”
Dan masih banyak tweet-tweet saling serang lain antara tenaga pengajar tersebut dan mahasiswa UIN Walisongo yang digelar di kolom komentar akun Twitter menfess UIN WS MENFESS. Masing-masing mengajukan argumennya sendiri.
DEMA UIN Walisongo Turut Angkat Suara
Mengenai mention Maola itu, Fathul Munif selaku Koordinator Sosial Politik Dema UIN Walisongo turut angkat suara. Dirinya terkejut ketika membaca statemen seperti itu.
“Bahkan tak pernah saya bayangkan sebelumnya statement (seperti itu) keluar dari seorang tenaga pengajar yang notabene seorang terdidik,” kata Munif.
Selain itu, menurut Munif mention Maola jelas menyakiti hati mahasiswa UIN Walisongo dan harus dimintai pertanggung jawaban.
“Mention Pak Maola ini jelas menyakiti hati mahasiswa Walisongo yang, mohon maaf, berangkat dari kalangan keluarga menengah ke bawah,” lebih lanjut “Mention ini harus dimintai pertanggung jawaban.”
Menurut Munif, di tengah kondisi pademi Covid-19 seperti saat ini sense of crisis tentu menjadi hal yang harus dimiliki oleh setiap orang. Dan hal itulah yang absen di mention akun @mochammadmaola.
“Jelas dengan mention yang dilakukannya secara sadar (oleh) Pak Maola ini tidak mempunyai sense of crisis di tengah pandemi,” tuturnya.
Pernyataan mention Maola itu, kata Munif, justru semakin mempertebal pemahaman yang berkembang di kalangan mahasiswa dan masyarakat mengenai UIN Walisongo yang hari ini tidak ramah terhadap masyarakat menengah ke bawah, terkhusus di masa pandemi yang kita hadapi ini.
“Kalau demikian, tentu yang dilakukan Pak Maola ini merugikan UIN Walisongo,” kata Munif.
Apa Kata MABA 2021?
Kami juga menghubungi beberapa calon mahasiswa baru UIN Walisongo tahun ajaran 2021 secara terpisah, untuk mendengar pendapatnya tentang mention Mochammad Maola tersebut.
“Yang di Twitter itu mungkin hanya buzzer-buzzer suruhan untuk membuat para mahasiswa yang melawan kebijakan terpancing emosi saja,” kata Aim (bukan nama sebenarnya), salah satu calon mahasiswa baru jalur masuk UMPTKIN.
Dirinya menegaskan untuk tidak berlarut-larut menanggapi mention Maola sehingga menutupi masalah yang sesungguhnya.
“Intinya sih kasihan sama angkatan saya yang harus memilih pasrah dan membayar atau mengundurkan diri karena belum adanya mental untuk melawan kebijakan yang memberatkan ini,” keluh Aim via aplikasi berbalas Whatsapp.
Aim menganggap surat pernyataan untuk tidak mengajukan revisi UKT di kemudian hari bagi mahasiswa baru tahun ajaran 2021 menjadi preseden buruk untuk almamater UIN Walisongo sendiri.
Yuliowati (nama samaran), ketika kami hubungi enggan mengomentari mentionan Maola. Namun dirinya senada dengan Aim yang menyatakan keberatan atas isi form surat pernyataan tersebut.
“Menurut pandangan saya itu gak adil sih, Kak. Dikarenakan kating (kakak tingkat) yang sebelumnya kan diperbolehkan untuk banding gitu kan buat nurunin UKT.”
Mahasiswi fakultas Sains & Teknologi itu juga berharap agar kampus memberikan keringanan UKT selama kuliah dilangsungkan secara online.
“Ya diharapkan karena kita kuliah dari rumah ya UKTnya gak harus bayar full gitu. Apalagi UKTnya mahal (dan hal ini) memberatkan, (apalagi) gak dibolehin revisi UKT nantinya,” sambungnya lagi “Ya itu harus ditindak lanjuti kebijakannya.”
Mochammad Maola dan Mentionnya
Mochammad Maola, sang empunya mention, saat kami konfirmasi lewat Whatsapp menyatakan bahwa dirinya enggan menanggapi mention kontroversialnya yang berbunyi “Loh kan tinggal mengundurkan diri aja, cari kampus lain,” yang sempat menggegerkan mahasiswa UIN Walisongo.
“Mohon maaf saya tidak berkenan, karena saya tidak mewakili institusi,” kata Maola kepada reporter Justisia. “Ada baiknya info resmi bisa ke humas UIN Walisongo,” pintanya.
Meski enggan memberikan keterangan, tetapi Maola menambahkan bahwa mention kontroversialnya di Twitter itu dimaksudkan untuk mendukung mahasiswa yang seandainya terpaksa harus cuti.
“Justru saya mendukung mahasiswa yang seandainya terpaksa harus cuti. Mendukung untuk cari kerja. Kalau ada yang mau cuti, gap year, dan seterusnya. Bahwa itu bukan tabu,” terang Maola.
Dirinya juga mengklaim beberapa kali telah menginfokan lowongan pekerjaan lewat base. Bahkan Maola berniat untuk merekrut beberapa mahasiswanya untuk dijadikan asisten penelitiannya.
“Di antaranya, saya merekrut beberapa mahasiswa untuk riset (menambah pengalaman & uang jajan), tapi saat ini belum goal karena proposal belum acc. “
Sampai tulisan ini dimuat, Wakil Rektor II, Abdul Kholik, yang bertanggung jawab atas Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan tidak menjawab konfirmasi reporter Justisia terkait apakah mention Mochammad Maola mewakili pernyataan institusi atau tidak.
Reporter Justisia telah menghubungi Abdul Kholik melalui aplikasi berbalas pesan Whatsapp tiga kali, masing-masing pada jam 12.04 WIB, 16.12 WIB, dan 16.47 WIB.(Red. sI)