Habib Husein Ja’far Al-Hadar Dakwah di Antara Pemuda Tersesat

Husein Ja’far Al-Hadar adalah habib yang menjadi pengasuh konten dakwah pemuda tersesat. Belakangan ini namanya sering muncul dalam obrolan dilingkaran diskusi anak muda. Rupanya nama Habib Husein Ja’far sangat populer dikalangan anak muda

Alasan Habib Husein Ja'far Al-Hadar Dakwah Kepada Pemuda Tersesat

Foto Habib Husein bin Ja'far Al-Hadar ketika memberikan tausiyah. sumber foto: news.detik.com

Justisia.com – Husein Ja’far Al-Hadar adalah habib yang menjadi pengasuh konten dakwah pemuda tersesat. Belakangan  ini namanya sering muncul dalam obrolan dilingkaran diskusi anak muda. Rupanya nama Habib Husein Ja’far sangat populer dikalangan anak muda.

Sebagian dari mereka sangat mengidolakan dengan cara dakwahnya. Pesan-pesan yang disampaikan sangat rasional dan dikemas sangat unik sehingga mudah diterima oleh para pemuda tersesat.

Habib Husein Ja’far Al-Hadar kelahiran Bondowoso, Jawa Timur dikenal sebagai da’i milenial ia berdakwah dengan anak-anak muda yang sedang asyik berkerumun di medsos,

lewat gaya dakwahnya yang santun melalui tutur katanya yang cenderung lembut, tidak lantang bembentak-bentak, selain itu ia juga berpakain santai seperti anak muda lainya. Ini adalah cara beliau agar pesan pesan keagamaan yang baik dan santun dapat tersampaikan.

Gaya dakwah seperti ini sangat diminati oleh generasi muda, terlebih Habib Husein sangat terbuka dengan pemeluk agama lain. Misalnya ia pernah membuat konten bersama Pendeta Yeri dan sering interaksi dengan Coki Pardede seorang Agnostik.

Perjumpaan Habib Husein dengan orang yang berbeda adalah kabar baik untuk kalangan anak muda di tengah banyak pemuka agama yang saling serang atas nama agama.

Berteman dengan Coki Ad-Dzulumat

Berteman dengan seorang Coki Ad-Dzulumat atau sang kegelapan bukan hal yang mudah. Menurut pengakuan Habib Husein banyak dari oknum temanya nyinyir dengan pertemananya.

Tentunya dalam setiap perjuangan meski ada aral melintang yang mengganggu jalanya agenda. Persahabatan dengan pemeluk agama lain atau tidak beragama sekalipun tidak ada laranganya, seorang nabi pun tentu memiliki pengalaman seperti ini.

Nabi Muhammad SAW datuk dari Habib Husein dan sosok nabi bagi alam semesta sangat hormat terhadap pemeluk agama lain. Dalam sebuah hadis diterangkan bahwa Aisyah mengadakan tasyakuran kemudian Rasulallah Saw bertanya “Apakah masakan ini sudah kau bagikan kepada si fulan?”

Aisyah menjawab “Belum. Dia seorang Yahudi dan saya tidak akan membagikanya.” Mendengar jawaban tersebut Rasulallah Saw lantas mengatakan “Meskipun dia Yahudi tetapi dia tetangga kita.” Kisah ini mengingatkan kita untuk selalu berbuat baik terhadap tetangga sekalipun berbeda agama.

Sebagian oknum teman yang menghawatirkan persahabatan Habib Husein adalah tergadaikanya wibawa seorang cicit nabi. Hal ini biasanya ditanggapi dengan santai bahwa ia terlanjur berjanji pada dirinya untuk menjadi badut demi suksesnya dakwah Islam.

Bahkan Coki pun sangat mendukung kesuksesan dakwah Habib Husein karena apabila semua muslim seperti sosok Habib Husein semua maka semua akan aman dan bahagia saling menghormati dan saling mendukung.

Selain itu Habib Husein merasa dakwah semacam ini belum ada nilainya apabila melihat perjuangan datuknya Nabi Muhammad SAW zaman jahiliyah dulu. Nabi pernah dilempari dengan kotoran dan dicacimaki oleh orang Quraish dulu.

Oleh karena itu berteman dengan Coki bukan soal kewibawaan dirinya akan tetapi sebagai upaya suksesnya dakwah Islam dikalangan anak muda yang jarang tersentuh dengan agama. Keberadaan Habib Husein ditengah pemuda tersesat adalah penegasan bahwa mereka punya referensi Islam yang santun dan menghargai semua golongan disamping mereka jarang membaca Al-Quran.

Dakwah Anak Muda, Rasionalis atau Emosionalis?

Hari ini kita berhadapan dengan era serba teknologi siapa saja yang mahir memainkanya maka separuh kesuksesan dunia ia miliki. Sedikit statement dari motivator ketika mewanti-wanti anak muda zaman sekarang.

Memang perli kita amini argumen tersebut, nyatanya semua sektor ekonomo, pendidikan, sosial dan politik sudah merambah pada hal tersebut. Anak muda sekarang cenderung lebih banyak nongkrong di pelataran media sosial ada yang produktif membuat kreatif ada pula yang konsumtif menunggu konten baru dari youtuber terkenal.

Begitupun Habib Husein, ia menganggap perlu sekali dakwah melalui digital dan disajikan sesuai dengan kebutuuhan anak muda sekarang. Kondisi anak muda di Indonesia sekarang menemui dua arus besar yang berlawanan.

Pertama pemuda muslim yang mengaku sekuler mereka jarang sekali melakukan ritual keagamaan bahkan mengatakan ritual itu tidak rasionalis. Sebagian dari mereka menganggap ritual keagamaan itu tidak ada manfaatnya karena banyak yang merasa taat menjalankan ibadah namun aktif pula menyudutkan dan membenci orang lain.

Sehingga mereka merasa kecewa dengan agama yang seharusnya menjadi rumah kedamaian dan ketenangan namun menjadi alasan pertengkaran. Tantangan arus anak muda yang kedua adalah golongan hijrah mereka berbuat dan berpakain seolah paling syar’i diantara muslim lainya.

Eksistensi ini bisa menggerakkan orang lain untuk turut hadir disetiap pertemuan bahkan masjid yang didominasi oleh golongan tersebut selalu penuh meskipun diwaktu shubuh. Kedua arus anak muda muslim diatas sudah jelas ada perbedaan yang jauh dari titik temu.

Kelompok pertama sering mengatakan dirinya dengan berislam secara “rasional” karena semua urusan agama bisa dirasionalkan sedangkan yang kedua mengartikan beragama adalah kepatuhan belaka sehingga terjebak dalam kedangkalan.

Posisi dakwah yang dapat diterima oleh kedua kelompok ini adalah tantangan, karena keduanya biasa saling tuding. Upaya yang terlihat dari dakwah pemuda tersesat adalah bergaya milenial ala muslim perkotaan dan menyampaikan materi yang rasional.

Dakwah Islam Cinta

Konsep Islam Cinta adalah kampanye Habib Husein baginya agama itu hadir untuk manusia dan dalam kerangka hubungan dengan Allah dan persaudaraan ummat manusia.

Saya teringat pesan dari Sayyed Hosen Nasr yang pernah disampaikan oleh Buya Husein Muhammad bahwa “Esensi Islam adalah keesaan tuhan dan universalitas kemanusiaan” dari pesan ini kita perlu sadar bahwa beragama tidak soal Ibadah vertikal saja (mahdhoh) melainkan juga beribadah menghormati saudara kemanusiaan kita.

Habib Husein Ja’far Al-Hadar pernah menyampaikan dalam salah satu tausiyahnya bahwa Allah SWT berfirman dalam Al-Quran : “katakan wahai Muhammad jika mereka mencintai Allah SWT maka ikutilah jalanmu (jalan Nabi Muhammad SAW) dari ayat ini ia menjelaskan bahwa syariat yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah syariat cinta.

Artinya semua ajaran Nabi Muhammad SAW adalah jalan cinta kita kepada Allah SWT. Oleh karenanya jangan sampai kita sedang menjalankan ajaran cinta namun membenci orang lain dan mudah menyalahkanya.

Hakikat syariat yang diberikan kepada kita itu untuk kebaikan kita sendiri (bukan untuk Allah SWT) maka dari itu apabila semua ajaranya kita jalankan dengan dasar cinta niscaya hubungan kita dengan sang pencipta dan sesame ciptaanya akan baik. Tidak ada permusuhan dan sebagainya.

Aspek cinta dan kasih sayang sangat melekat secara intrinsik dalam semua agama, termasuk agama Islam. Tuhan dalam Islam di desain sebagai dzat yang memiliki sifat rahman rahim (kasih sayang) bagi seluruh ciptaanya akan tetapi akhir akhir ini sangat disayangkan sekali kita sering dipertontonkan corak keberagamaan yang jauh dari semangat cinta dan kasih sayang,

justru terkesan sebaliknya lebih condong pada kebencian, kekerasan, dan kemarahan mudah menghakimi orang lain tanpa memikirkan solusi kedepanya. Semua lini perlu digaungkan kembali untuk menelisik lebih dalam soal beragama yang menyenangkan dan selaras dengan konsep kemanusiaan.

Pemahaman tentang Islam perlu menekankan kembali dimensi cinta dan kasih sayang. Pengajaran dan tafsir-tafsir yang condong kepada kebencian terhadap orang yang berbeda perlu digeser dan diminimalisir.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *