Wujudkan Rumah Layak Huni untuk Tiga Anak Piatu

Faktor ekonomi lah yang membuatnya putus sekolah, harapan yang ia miliki yaitu agar adik-adiknya tidak seperti bapak dan kakaknya menjadi babu orang, harus tetap sekolah walaupun harus banting tulang kesana kemari.

Ngawi, Justisia.com – Buruh tani memang pekerjaan yang tidak begitu berharga menurut seorang pria paruh baya yang kesehariannya cuma mengandalkan panggilan dari bosnya, pria itu bernama Wahyunus. Dia tinggal di desa Krandekan, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi.

Seorang bapak yang berumur 52 tahun ini setiap harinya menjadi tulang punggung bagi ketiga anaknya. Dari matahari sudah nampak sampai habis ashar ia lakukan kewajibannya dalam mencari nafkah di sawah.

Istrinya sudah tiada empat bulan yang lalu, ia dikabarkan meinggal dikarenakan sakit yang diderita lama, walaupun begitu Wahyunus tetap harus menghidupi ketiga anaknya untuk makan dan sekolah.

Meski berat dalam menjalani hidup yang dialami empat anggota keluarga ini, akan tetapi Wahyunus selalu bersabar dan berdoa kepada Tuhan supaya diberi kesehatan dan kekuatan untuk keluarganya terutama pada anak-anaknya.

Kedua anaknya yang masih duduk di bangku SMP dan SMA ini setiap sesudah subuh juga harus membantu kakak beserta bapaknya untuk membuatkan sarapan, yang dimasak tidak seperti makanan anak orang kaya, namun hanya seikat daun singkong di rebus dan tempe goreng saja, “yang penting selalu bersyukur,” ungkap Wahyunus.

Sedangkan anak pertama Wahyunus sudah berumur 21 tahun, sama halnya dengan bapaknya, kesibukan sehari-hari ikut bapaknya sebagai buruh tani. Usia segitu seharusnya memiliki pekerjaan yang layak untuk seorang pemuda yang perkasa, jika waktu SMA tidak putus sekolah mungkin sekarang dia mempunyai pekerjaan yang layak.

Faktor ekonomi lah yang membuatnya putus sekolah, harapan yang ia miliki yaitu agar adik-adiknya tidak seperti bapak dan kakaknya menjadi babu orang, harus tetap sekolah walaupun harus banting tulang kesana kemari.

Ekonomi yang pas-pasan sangat berpengaruh dalam kehidupan khususnya dalam kondisi rumah yang dimiliki wahyunus, tak begitu besar seperti rumah-rumah pejabat, rumah tersebut sangatlah kecil.

Rumah itu memiliki ukuran 3×6 meter saja, tanpa adanya sekat, tempat tidur, tempat makan, kamar mandipun berada diluar rumah, tidak memiliki toilet kalau mau membuang hajat harus ke toilet umum dulu, dan yang paling menyedihkan kandang ayam menjadi satu didalam rumah.

Bagaimana kita bisa membayangkan keempat orang ini masih bisa bersyukur masih memilik tempat berteduh walaupun kadang kalau hujan banyak percikan air hujan yang masuk lewat selah genting yang bocor.

Akhirnya pemerintah setempat merasa sedih dan kasihan terhadap Wahyunus yang harus menghidupi ketiga anaknya tanpa adanya seorang ibu dan kondisi rumah yang tidak layak dihuni seperti gubuk itu. Pemerintah pun berinisiatif membangunkan rumah untuk Wahyunus. Alhamdulillah program itu terlaksana berkat bantuan dari pemerintah setempat, Zakat Kita Madiun, kesiswaan MAN 4 Ngawi, dan relawan lainnya.

Setelah proses hampir tiga pekan, akhirnya jadi juga rumah yang dibangun tersebut, walaupun mungkin masih jauh dari kesempurnaan, tapi bantuan bedah rumah itu sangat cukup bagi Wahyunus dengan nyaman tinggal tidak dengan kandang ayamnya lagi.

Wahyunus tidak menyangka dia mimpi apa waktu tidurnya bisa memilik rumah begitu bagus yang dia impikan dari dulu, akhirnya mimpinya dikabulkan oleh Tuhan menjadi terwujud.

Saat ditunggu-tunggu dimana serah terima rumah oleh pemerintah dan donatur kepada keluarga tersebut, Wahyunus tidak bisa bicara apa-apa saat dimintai testimoni ucapan terimakasih kepada yang sudah membantunya, ketiga anaknya hanya bisa meneteskan air mata karena terharu dan senang mendapatkan tempat yang layak bagi mereka.

“Semoga ini jalan saya untuk bisa bersyukur dan mendekat kepada yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT,” sambil memeluk ketiga anaknya.

Saat acara serah terima rumah, Wahyunus dan ketiga anaknya mendapatkan peralatan ibadah, agar semoga kedepannya keluarga bisa lebih baik dan lebih taat kepada yang maha kuasa. [Red.Musyaffa’]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *