Sosio-Historis Pemikirian Marx Muda hingga Usia Senja

perkembangan pemikiran Marx dapat dibagi dalam lima tahap dimana setiap tahap berkembang secara berkesinambungan dari tahap sebelumnya mengikuti pembagian lazim antara “Marx Muda” dan “Marx Tua”, tahap 1 sampai dengan 3 termasuk “Marx Muda” dan tahap 4 dan 5 “Marx Tua”

SOSIO-HISTORIS PEMIKIRAN MARX MUDA HINGGA USIA SENJA

Karl Marx, sumber: www.kompas.com

Semua ahli sependapat bahwa pemikiran Marx mengalami perkembangan. Sedangkan Marx membutuhkan beberapa tahun sampai mencapai pengertiannya yang khas, dan selanjutnya pun masih mengalami perkembangan lagi.

Perdebatannya adalah apa yang lebih dominan dalam perkembamgan pemikiran Marx itu kontinuitas atau diskontinuitas? Lazim dibedakan yaitu antara “Marx muda” dan “Marx tua”, pada umumnya dianggap sudah dimasuki Marx dengan The German Ideology yang ditulisnya bersama Engles sekitar 1846, jadi waktu ia berumur 28 tahun antara gaya berpikir “Marx muda” dan gaya berpikir “Marx tua” jelas ada perbedaan yang cukup mencolok.

Apakah hal itu berarti bahwa pemikiran Marx berubah arah atau pemikirannya hanya sekedar berkembang? Gaya khas pemikiran Marx muda baru diketahui pada abad ini.

Tulisan-tulisan penting, seperti The German Ideology dan terutama Naskah-naskah Paris yang ditulisnya pada akhir tahun 1843 (istilah kunci Marx adalah “keterasingan”, istilah yang kemudian menghilang dari perbendaharaan bahasanya) baru diterbitkan dalam abad ini, jauh sesudah Marx meninggal dunia. Marxisme klasik yang mempengaruhi gerakan industri Eropa, sebagaimana dikenali dan dikooptasi oleh Lenin ke dalam ideologi komunisnya, tidak tahu sama sekali gaya berpikir Marx muda itu.

Pendapat paling keras tentang adanya perubahan radikal dalam pemikiran Marx dikemukakan oleh Louis Althusser dalam bukunya Pour Marx ( Althusser 1965 ). Althusser berpendapat bahwa di antara pemikiran Marx muda dan Marx tua terjadi sebuah “potongan” (coupure) tajam. Marx pra-1846 adalah humanis, Marx pasca 1845 Anti humanis atau ilmiah. Pendapat itu dipengaruhi oleh pandangan strukturalistik Althusser maupun oleh kecurigaan komunisme resmi terhadap filsafat Marx muda (Althusser waktu itu anggota komite sentral Partai Komunis Prancis).

Mayoritas para ahli sebaliknya, menekankan kontinuitas dalam pemikiran Marx. Adanya kontinuitas untuk pertama kali diutarakan dalam tahun 50-an oleh Jean-Yves Calvez SJ dalam karya raksasa la pensee de Karl Max (Calvez 1956). Saya sendiri berpendapat bahwa anggapan kedua ini lebih meyakinkan. Jelas ada perkembangan itu berjalan dalam kesinambungan.

Garis besar perkembangan ini dapat diuraikan sebagai berikut: Konteks dasar yang menentukan arah perkembangan Karl Max setelah menamatkan sekolah gymnasium adalah situasi politik represif di Prussia (negara yang sebagian besar menguasai Jerman Utara, salah satu dari puluhan negara berdaulat di tanah Jerman waktu itu) yang telah menghapus kembali hampir semua kebebasan yang diperjuangkan oleh rakyat dalam perang melawan Napoleon.

Di Universitas Berlin Marx segera terpesona oleh filsafat Hegel. Dari Hegel dia mencari pertanyaan yang menggerakkannya seperti, bagaimana membebaskan manusia dari penindasan sistem politik reaksioner (Tahap 1)? Pemikiran Marx semakin berkembang setelah berkenalan dengan filsafat Feurbach.

Sekarang Marx mengartikan ciri reaksioner negara Prussia sebagai ungkapan sebuah keterasingan manusia dari dirinya sendiri (Tahap 2). Pertanyaan Marx adalah di mana ia harus mencari sumber keterasingan itu. Jawabannya ditemukan sesudah berjumpa dengan kaum sosialis radikal di Paris.

Di Paris, Marx menjadi yakin bahwa keterasingan paling dasar berlangsung dalam proses pekerjaan manusia. Sebenarnya pekerjaan adalah kegiatan manusia untuk menemukan identitasnya. Tetapi sistem hak milik pribadi kapitalis menjungkirbalikkan makna pekerjaan menjadi sarana eksploitasi. Melalui pekerjaan manusia tidak menemukan melainkan mengasingkan diri.

Hal itu dikarenakan, sistem hak milik pribadi membagi masyarakat ke dalam para pemilik yang berkuasa dan para pekerja yang tereksploitasi. Manusia hanya dapat dibebaskan apabila hak milik pribadi atas alat-alat produksi dihapus melalui revolusi kaum buruh. Marx mencapai posisi klasik sosialisme (Tahap 3).

Oleh karena itu Marx semakin memusatkan perhatiannya pada syarat-syarat penghapusan hak milik pribadi. Ia mengklaim bahwa sosialismenya adalah sosialisme ilmiah yang tidak hanya didorong oleh cita-cita moral, melainkan berdasarkan pengetahuan ilmiah tentang hukum-hukum perkembangan masyarakat. Dengan demikian pendekatan Marx berubah dari yang bersifat murni filosofis menjadi semakin sosiologis. Sosialisme ilmiah itu disebut Marx sebagai “paham sejarah yang materialistik”: sejarah dimengerti sebagai dialektika antara perkembangan bidang ekonomi satu pihak dan struktur kelas-kelas sosial di pihak lain.

Marx mencapai pendapat yang akan menjadi dasar ajarannya, bahwa faktor yang menentukan sejarah bukanlah politik atau ideologi, melainkan ekonomi. Perkembangan dalam produksi akan membuat struktur-struktur hak milik lama menjadi hambatan kemajuan. Dalam situasi ini akan timbul revolusi sosial yang melahirkan bentuk masyarakat yang lebih tinggi (Tahap 4).

Apakah hak-hak masyarakat akan terpenuhi dimasa hak milik pribadi musnah terhapus? Jadi apakah komunisme, masyarakat tanpa hak milik pribadi dan tanpa kelas-kelas sosial itu, pernah akan terwujud? Karena faktor yang menentukan perkembangan masyarakat adalah bidang ekonomi, pertanyaan itu harus dijawab melalui analisis dinamika ekonomi tertinggi yang sudah dihasilkan oleh sejarah yaitu Kapitalisme. Itulah sebabnya Marx makin lama makin memusatkan studinya pada ilmu ekonomi khususnya ekonomi kapitalistik.

Studi itu membawa Marx pada kesimpulan bahwa ekonomi kapitalisme niscaya akan menghasilkan kehancurannya sendiri. Penyebabnya adalah kapitalisme seluruhnya terarah pada keuntungan pemilik sebesar-besarnya, kapitalisme menghasilkan penghisapan manusia pekerja. Karena itu reproduksi kapitalistik semakin tidak terjual karena semakin tak terbeli oleh massa buruh yang sebenarnya membutuhkannya.

Kontradiksi internal sistem produksi kapitalis itulah yang akhirnya niscaya akan melahirkan revolusi kelas buruh yang akan menghapus hak milik pribadi atas alat-alat produksi dan mewujudkan masyarakat sosialis tanpsa kelas (Tahap 5). Jadi, perkembangan pemikiran Marx dapat dibagi dalam lima tahap dimana setiap tahap berkembang secara berkesinambungan dari tahap sebelumnya mengikuti pembagian lazim antara “Marx Muda” dan “Marx Tua”, tahap 1 sampai dengan 3 termasuk “Marx Muda” dan tahap 4 dan 5 “Marx Tua”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *