Tuhan.. izinkan aku mengetuk pintu-Mu di sepertiga siang pertama
Sebab hanya ini satu-satunya cara yang ku punya
Meluahkan rasa rindu dan cinta yang didera
Aku tak sebaik orang-orang di luar sana, Tuhan
Bercumbu dengan-Mu di sepertiga malam
Disaksikan chandra, bersaksi bunia akan indahnya dama yang baqa
Tentu kau lebih sayang mereka, bukan?
Dibanding gadis tak bernas ini
Shalat dua rakaat pun dengan mata setengah terbuka
Sudikah kiranya kau bukakan pintu-Mu di sepertiga siang ini, Tuhan?
Sekedar agar kita dapat bercengkerama
Membagi sejuta narasi mala dan suka
Bukankah sebagai sepasang kekasih harusnya kita memadu rasa?
Tapi, Tuhan.. apa kita saling cinta?
Bagaimana dengan-My?
Lancang sekali diriku mengaku sebagai kekasih
Maafkan aku Tuhan.. izinkan aku bersimpuh sekedar agar aku tak rapuh
Kumohon percayalah.. aku mencintaimu
Jangan pergi Tuhan.. apalah aku jika sendiri
Takkan mampu jalani hari dengan atma yang sempurna
Karena Engkaulah sesungguhnya jiwa
Tuhan.. maafkan aku telah meragukan selaksa cinta-Mu yang tak berbatas
Sungguh Tuhan, seketika aku terkesiap
Tersadarkan akan curahan kasih cinta-Mu yang mulia
Aku yang terlambat mencintai-Mu, aku yang lalai
Dengarkan erangan kalbu ku Tuhan, ku mohon
Maafkan aku Tuhan, mengaku cinta namun bersandar alasan
Tapi sungguh, kali ini aku benar-benar jatuh cinta
Mari kita berbincang selayaknya kekasih,
Biarlah bagaswara menyaksikan percumbuan kita
Di sepertiga siang pertama
Tabalong, 29 Juli 2020
Penulis: Hafidzaturrahmi, mahasantriwati semester 5 Mahad Aly Rasyidiyah Khalidiyah Amuntai Kalimantan Selatan