Mahasiswa Pojok Kampus
Mereka membicarakan perihal gedung baru tempat mereka belajar selama satu semester terakhir ini yang sampai saat ini belum layak pakai.

Foto: Noosy
Oleh: Pujangga Hati
Justisia.com – Pada sore hari di depan sebuah kelas salah satu universitas, terjadi percakapan antara dua orang teman akrab bernama Iman dan Hamin. Mereka membicarakan perihal gedung baru tempat mereka belajar selama satu semester terakhir ini yang sampai saat ini belum layak pakai.
“Eh min gimana pendapat lu tentang gedung baru tempat kita belajar ini?” tanya Iman.
“Yah sebenarnya gua sih risih soalnya kayak belum layak gitu, jalan ke gedungnya aja masih jalan setapak kan gak enak apalagi sekarang musim hujan,” jawab Hamin.
“Udah hujan becek gak ada ojek lagi,” sambung Iman sambal tertawa. “Di dalam juga lantainya makin kotor bikin mood belajar hilang ditambah lagi proses pembelajarannya sambil lesehan, jadi pada saat mau nulis tuh susah,” ucap Hamin.
Tiba-tiba di tengah keseruan pembicaraan Parmin datang dengan nafas terengah-ngah. “Loh loh Par lu kenapa kok ngos-ngosan gitu?” tanya Iman. “Tunggu bentar,” jawab Parmin sambil menstabilkan nafasnya. “Tadi kan gua habis ikutan unjuk rasa depan kampus terus hampir lupa kalau sekarang ada jadwal masuk kelas jadi tadi buru-buru,” sambung Parmin.
“Hmm tadi itu unjuk rasa tentang gedung baru yamg belum layak pakai itu ya Par?” celetuk Hamin. “Bukan Min itu tadi unjuk rasa tentang catatan 75 hari kinerja pemerintah setempat yang baru dan hasilnya saat ini malah terasa semakin senonoh. Misalnya saja biaya kesehatan yang semakin mahal dan juga bantuan gas LPJ yang akan dihapus pasti akan menyusahkan rakyat kecil,”.
“wah bagus juga, tapi kirain tadi itu unjuk rasa tentang kinerja birokrasi kampus yang baru dan sudah lebih dari 100 hari bekerja tapi juga makin senonoh. Misalnya gedung baru yang belum layak pakai malah kita ditempatkan di situ semua, kan kita udah bayar mahal tapi hasil gak maksimal,”.
“Iya juga ya,” saut Iman dan Parmin bersamaan. Dan mereka bertiga pun ngakak Bersama.