Habib Luthfi: Mengenal Jati Diri Sebagai Garis Awal Kemajuan

Semarang, justisia.com-Habib Luthfi bin Ali bin Yahya, salah satu dari sembilan Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) pada periode 2019-2024 memberikan orasi kebangsaan saat acara pembukaan Indonesia Next Leader (IDNL) Regional Semarang.
Pada acara yang diadakan di rumah dinas walikota Semarang pada Minggu (02/02/2020) sore tersebut, Habib Luthfi menekankan pembentukan jati diri yang menjadi garis awal menuju kemajuan Indonesia.
Ada 3 tokoh pewayangan yang sangat disebutkan oleh Habib Lutfi, yaitu Kresna, Werkudara, dan Semar, ketiganya berkelir hitam. Warna hitam ini menandakan keteguhan, dan tidak mudah goyah, seperti halnya jati diri bangsa Indonesia.
“Hitam tidak mudah diwarnai, diwarnai apapun akan kembali ke jati dirinya” tambahnya.
Seperti halnya warna hitam, Laut juga mencerminkan jati diri bangsa Indonesia. Musim hujan atau tidak, air yang dibawa setiap sungai dan anak sungai yang masuk ke laut jumlahnya sangat banyak.
Walaupun begitu, air sebanyak itu tak mampu merubah rasa asin air laut. Benda apapun yang dibawa oleh sungai, sebanyak apapun itu tidak bisa merubah rasa asli air laut.
“Karena laut punya pendirian, yang masuk juga sadar bahwa apapun yang masuk ke laut tak mampu merubah laut itu sendiri,” jelas Habib luthfi. Laut itu punya jati diri, sebanyak apapun air yang datang tidak mampu merubah air laut, jika negara kita bisa seperti laut, akan sangat hebat .
Kresna sebagai pemimpin memiliki banyak kelebihan. Di antaranya sebelum menjadi Noto (menata negara), sudah bisa noto (menata diri) dan belajar noto (menata orang lain).
Lalu punya Mandito yang berarti ahli dalam bidangnya. Juga Koco Benggolo yang berarti mampu menganalisa situasi, dengan kemampuan inteligensi dan analisa ini suatu negara akan sulit digoyahkan. Kemudian Cupu Astogino, dimana ia mampu menyimpan kelemahan-kelemahan bangsanya.
Indonesia pada masa lalu sudah mempunyai penemuan besar dalam banyak bidang yang mencerminkan kemajuannya. Seperti Candi Prambanan dan Candi Borobudur yang secara pertimbangan geologis tidak mudah diguncang dengan menghitung akar magma Gunung Merapi.
Ini menandakan intelektual Indonesia yang sudah hebat pada masa lalu. Harusnya pencapaian-pencapain seperti inilah yang perlu dikejar bangsa Indonesia terutama umat Islam untuk mencapai kemajuan, bukan hanya berkutat pada halal-haram dan khilafiyah.
Selain faktor-faktor di atas, Kresna juga mempunyai senjata pamungkas, yaitu Cakra. Menurut Habib Luthfi, Indonesia juga harus memiliki senjata pamungkas, yaitu keimanan, intelektual, ilmu. “Untuk menjawab tantangan umat, dan tantangan bangsa” tegasnya mengakhiri orasi.
Reporter: Abdullah Salam
Penulis: Abdullah Salam
Editor: Harly
1 thought on “Habib Luthfi: Mengenal Jati Diri Sebagai Garis Awal Kemajuan”