Edo Tensei dan Solusi Gegeran Dunia Shinobi
sumber foto: Republika.co.id

“Dunia ini penuh kontradiksi. Manusia selalu menginginkan perdamaian. Namun, di saat yang sama mereka juga menyukai peperangan”
Oleh: Ruzda Khoiruz
Justisia.com – Madara Uciha, ketika perang dunia shinobi ke4 berlangsung pernah mengatakan “dunia ini penuh kontradiksi. Manusia selalu menginginkan perdamaian. Namun, di saat yang sama mereka juga menyukai peperangan”. Langsung saya artikan ke bahasa pribumi saja, kurang lebih artinya begitu. Sebab, saya tidak paham jika harus sekalian mengutip lengkap dengan bahasa asli negeri para Kimochi berasal ini.
Tapi, apakah kalian yakin umur Madara cukup panjang sampai ia menemui dan ikut serta dalam perang dunia Shinobi ke4? Pastinya tidak. Generasi Madara sudah kelewat terlampau kuno nun jauh sebelum ditemukannya mesin diesel. Namun, pertanyaan demikian menjadi tidak relevan lagi bila Kabuto Yamaghuci yang menjawabnya. Iya karena, pria jebolan akademi siluman ular itu mampu menggunakan jutsu Edo Tensei, alias jurus nglithiki orang yang telah mati sampai bangun.
Setidaknya, anime satu ini telah mewarnai imajinasi masa kecil saya. Dan juga telah mendampingi pengalaman pilu saya dahulu ketika seusia anak SD. Salah satunya, disuruh ibu membeli brambang, lombok, ndok, trasi dkk. Tapi na’asnya, ketika sampai di warung tetangga sudah lupa apa saja tadi? Alhasil, kultum pun tidak terhindarkan bila sampai rumah tidak membawa hasil buruan yang lengkap.
…
Mengingat Naruto, di tengah gegeran iklim demokrasi kita saat ini, tentu saja saya teringat Pakdhe, yang sama-sama jadi hokage ke7, persis seperti Naruto. Bedanya dengan Naruto, jalan terjal pakdhe untuk menduduki kursi seorang Hokage hanya bermodal turun ke gorong-gorong, selokan, akting di depan kamera dkk.
Saya tidak habis pikir, amanat demokrasi yang katanya dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyatnya pakdhe sendiri ini, malah dilucuti satu per satu. Padahal, sumpah jabatan di awal bukan lain hanya untuk menunaikan amanat tersebut!
Alih-alih seharusnya pakdhe mengambil kebijakan kekarantinaan yang artinya, merumahkan rakyat. Dan mensubsisdi ramen Ichiraku kepada rakyat secara cuma-cuma di tengah wabah ilusi (bulan yang dijadikan eksperimen Mugen Tsukuyominya milik klan Uciha enggan tenggelam, alias nyumbul sepanjang hari) yang mengakibatkan gejala sakau para penduduk desa Konoha.
Malah, menerapkan kebijakan : pembatasan keluar masuk kekkai desa konoha, yang biasanya, bila kebijakan ini diterapkan itu menandakan akan ada kedaruratan sipil, situasi menjelang perang.
Implikasi dari kebijakan ini, warga konoha tetap diperbolehkan keluar masuk rumah mereka (bukan desa) untuk melangsungkan aktivitas perekonomian dengan syarat harus mengenakan penutup mata masing-masing agar tidak terpapar sinar Mugen.
Akibatnya, keributan di pasar Konoha pun tidak terhindarkan. Bagaimana tidak? Yang namanya orang, kalau disuruh berjalan dengan mata tertutup ya tabrakan dan berakhir jotos-jotosan gan! Belum lagi, banyak warga pinggiran desa Konoha terancam usahanya gulung tikar sebab wabah ini kian merajalela.
Sementara rezim pakdhe, seakan cuci tangan dari kewajiban mensubsidi kebutuhan pokok warga Konoha. Dengan dalih, berkilah menggunakan senjata kebijakan pembatasan keluar masuk desa Konoha.
Kok tidak nyambung ya pakdhe? Yang menjadi ancaman (wabah) itu ada di dalam desa, tapi kebijakannya kok kayak mau menghadapi kelompok separatis saja.
Kondisi demikian diperparah lagi oleh Kakashi Sensei, otoritas keamanan desa Konoha. Yang mengeluarkan maklumat agar tidak ada yang macam-macam membully jajaran birokrasi desa yang tengah berupaya sekuat tenaga menangani wabah ini. Situ mau perang apa membunuh warga desa sendiri, sensei?
Banyak warga yang mulai jengah, “hidup di desa lama-lama kok gini amat sih! Gini nggak boleh, gitu nggak boleh. Woy pakdhe! Ngunu yo ngunu ning yo ojo ngunu”. Umpat salah satu anggota klan Senju.
Tim anbu amatiran sebenarnya telah menelisik lebih lanjut kenapa otoritas desa Konoha enggan menerapkan kebijakan yang sejalan dengan amal kebajikan.
Dari data yang sementara dipegang, ternyata desa Konoha telah terlilit hutang para Oligarki perusahaan peralatan ninja. Bukan saja terlilit hutang uang, lebih dari itu, terlilit hutang balas Budi. Karena, pakdhe dahulu sudah dibantu para Oligarki itu untuk menduduki kursi Hokage.
Akibatnya, rasa pakewuh khas jawanya pakdhe tak terelakkan keluar. Itulah alasan pakdhe, mengapa enggan mengambil resiko mengkarantina semua warga konoha, sebab pada saat yang sama akan berimbas pada defisit ekonomi. Otomatis itu merugikan para Oligarki peralatan ninja dong.
Diperkirakan dalam beberapa dekade ke depan, desa Konoha akan kehilangan kedaulatannya, karena cengkraman gurita ekonomi yang kian hari makin menjamur di sana.
Gamamanta, tetua kodok gunung Myoboku, meramalkan masa depan desa konoha akan semakin suram. Bayangkan, katanya, mengumpat/mengkritik otoritas yang berwenang saja akan dikenai hukuman memanjat tebing patung para Kage. Termasuk, mayoritas kebijakan yang akan diambil pemerintah desa Konoha ke depan, hanya akan menguntungkan golongan minoritas (Oligarki). Berpaket-paket aturan disiapkan untuk menampung lulusan akademi ninja yang nggak guna sama sekali supaya menjadi buruh pabrikan cakra kalengan itu saja!
Lebih lanjut, masih dengan Gamamanta, ia memperediksi nantinya, bila keadaan terus-terusan begini, akan memantik gelombang protes keras dari berbagai klan dan dari sudut-sudut kampung. Mungkin, demonya nanti bertagar #DemokrasiDiuntalDewe atau apalah yang penting bikin mereka bahagia.
…
Duh kah, saya mencoba merasakan apa yang dialami warga Konoha. Mereka pasti bingung. Tepat seperti apa yang Madara khotbahkan, bahwa manusia itu adalah makhluk yang penuh kontradiksi. Di satu sisi pemimpin mereka mendambakan perdamaian (dengan Oligarki) dan di sisi yang lain para warga menginginkan kedaulatan dengan menempuh jalan peperangan (memerangi Oligarki).
Lantas, apakah ada win win solution di tengah krisis yang melanda dunia Shinobi ini? Jawabannya, mungkin saja, ada. Karena harapan adalah satu-satunya alasan mengapa manusia masih mau menjalani kehidupan. Betapapun kecilnya itu.
Harap-harap cemas warga Konoha saat ini ialah membujuk paman Kabuto Yakushi, supaya ia mau menggunakan jutsu Edon Tenseinya menghidupkan ninja-ninja founding fathers dunia shinobi, untuk mengatasi krisis amal sholeh pemerintah saat ini. Diramalkan, kehadiran para ninja legend itu akan menjadi problem solving.
Misal saja, Madara dan Hasirama tentu tidak akan terima jika kedaulatan Konoha dikoyak-koyak Oligarki peralatan ninja dan cakra kalengan itu. Membayangkan keduanya mengamuk saja, rasanya sangat mungkin bumi terbelah menjadi dua.
Tapi untuk itu, jutsu edo tensei tidak akan aktif kecuali ada Tumbal!
Kata paman Kabuto, “tipe tumbal premium itu ya orang-orang congkak nan rakus itu lee. Dewa kematian pasti akan sangat bahagia menerima give away orang semacam ini”.
Anjir ini tulisan keren banget sumpah