Dede Mulyanto: Indonesia Tanpa Marxisme, Nyaman atau Tidak?
Semarang, justisia.com-Manusia yang hidup kurang lebih 60 tahun, akan sia-sia jika hanya memikirkan tentang metafisika. Ini disampaikan oleh Dede Mulyanto, salah satu pemateri dalam Pelantikan dan diskusi publik yang di selenggarakan oleh Kelompok Studi Mahasiswa Walisongo (KSMW) Semarang.
Diskusi yang digelar di American Corner Kampus 3 UIN Walisongo kali ini membahas tentang kajian Marxisme yang dijauhkan dari berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia.
“Sejak orde baru, Marxisme itu sangat dijauhkan dari Indonesia. Alasannya karena Marxisme itu dianggap sebagai anti agama, dan anti agama selalu kaitkan dengan komunisme, dan komunisme indentik dengan PKI dan PKI itu, selalu menggunakan kekerasan,” ujar akademi yang sekaligus peneliti tersebut.
30 tahun sejak orde baru, Indonesia tidak mengkaji Marxisme dalam lingkungan umum, tetapi pada kenyataannya tidak ada pengaruh apapun terhadap negara Indonesia.
“Nyatanya, Indonesia tidak pernah diajari Marxisme biasa-biasa saja, nyaman-nyaman saja kan?,” tambah Pria asal Indramayu itu.
Namun, kajian Marxisme khususnya tentang materialisme Marx menurutnya perlu diperlajari agar dapat mengetahui sebab dari adanya perubahan bentuk masyarakat.
“Masyarakat menurut Marx bukan hanya sekumpulan orang saja. Tetapi struktur sistematik yang tersusun atas relasi sosial,” tutur beliau.
“Dan struktur yang paling menentukan perubahan masyarakat adalah struktur ekonomi politik, bagaimana sumber dayanya terstruktur,” tambahnya.
Reporter: Popo
Penulis: Popo
Editor: Harly