100 Hari Kerja yang Tidak Ada Bedanya

Oleh: Rifqi A

Sejak dilantik pada 20 Oktober 2019 , tidak terasa tonggak kepemimpinan Jokowi sudah mencapai hari ke-seratus.Tentunya sebagai pemimpin negara, presiden diharapkan dapat membawa negaranya ke arah yang lebih baik.

Dilansir dari laman berita detik.com, ketika ditemui wartawan pada saat acara Santri Digital Fest dan Rakernas Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU) di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Jombang, beliau enggan berkomentar terkait 100 hari kepemimpinannya. Berbanding terbalik dengan periode sebelumnya selang beberapa waktu usai dilantik, Jokowi menargetkan beberapa pencapaian yang cukup besar dalam dalam beberapa bidang.

Selama kurun waktu 100 hari, dari bulan Oktober hingga Januari banyak peristiwa baik bidang ekonomi, politik maupun hukum yang menandai awal era kepemimpinan Jokowi pada peridoe kedua ini.

Tentunya yang masih segar di ingatan kita bagaimana isu terkait peremajaan dalam tubuh-tubuh BUMN yang selama disinyalir merupakan lahan subur untuk tumbuhnya oligarki serta praktek kolusi, korupsi dan nepotisme. Selain itu masih banyak lagi peristiwa besar yang telah terjadi selam 100 hari kepemimpinan Jokowi Ma’ruf Amin. Berikut beberapa peristiwa yang berhasil tim litbang Justisia rangkum.

1. Bidang Ekonomi Makro

Selama 100 hari kepemimpinan Jokowi dan Ma’ruf Amin kiranya ada dua peristiwa besar dalam bidang ekonomi makro.

Pertama, cukai rokok resmi naik mulai awal tahun 2020 sebsar 23%. Kebijakan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 152/PMK.010/2019 tentang traif cukai hasil tembakau. Kemudian peristiwa yang kedua adalah kenaikan Iuran BPJS. Mengutip keterangan dari katadata.co.id bahwa pemerintah resmi menaikan niuran BPJS berdasarkan kebijkan yang tertuang dalam Peraturan Presiden nomor 82 Tahun 2018  tentang jaminan kesehatan yang telah diteken oleh Jokowi dan diundangkan pada 24 Oktober 2014.

2. Perdagangan


Dalam bidang perdagangan, larangan ekspor nikel dan menumpuknya cadangan bulog menjadi peristiwa penting untuk dimaknai sebagai tanda awal kepemimpinan Jokowi.


Geger terkait pelarangan ekspor nikel menjadi salah satu pengingat awal Jokowi memimpin negeri ini untuk kedua kalinya. pelarangan ekspor tersebut disampaikan oleh Luhut Binsar Panjaitan sebagai reaksi pemerintah terhadap eksploitasi dan ekspor nikel berlebihan yang mana nantinya dikhawatrikan akan merusak lingkungan.

Selanjutnya terkait isu bulog. Tidak kalah mengejutkannya ketika isu bulog akan membuang beras sebanyak 20 Ribu Ton. Sontak peristiwa ini menjadi kekhawatrian tersendiri bagi masayarakat. Banyak pakar mengkritisi, tingkat kesejahteraan rakyat yang masih rendah justru bulog sebagai tangan kanan pemerintah yang mengurusi pangan melakukan tindakan kontradiktif dengan keadaan yang ada.

3. Korporasi

Gagal bayar BUMN Jiwasraya masih berlanjut hingga pada era kepemimpinan Jokowi yang kedua kalinya ini. Bahkan saat in, isu gagal bayar perushaan asuransi tersebut semakin membesar. Isu terkait bobroknya direksi serta pimpinan perusahaan tersebut juga tidak kalah banternya muncul dipermukaan.

4. Ketenagakerjaan

Masih nyaring di telinga kita bahwa pemerintah mendesak DPR untuk dapat bekerja secara maksimal dan membantu pemerintah dalam mengesahkan RUU Cipta lapangan Kerja (CILAKA). Dalam hal ini pemerintah dinilai lebih berpihak kepada pemodal dan pengusaha ketimbang  kesejahteraan dan kepastian hukum para tenaga kerja.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *