Liburan Idul Adha telah usai, saatnya kembali ke pondok pesantren. Seketika saja ingatan tentang perkenalanku dengan Tsaqila buyar. Dan aku berpikir, kisah perkenalanku dengan Tsaqila akan berhenti saat itu juga.

Sebelumnya, sesaat sebelum kembali ke pondok saat sore hari, dan menaruh barang-barang di pondok, paginya aku bersekolah bersama teman pondok, ngelaju dari rumah masing-masing. Aku nebeng motor dengan Rofiq, semua teman yang lain pun saling tebengan motor. Kita berangkat dengan baju kaos biasa, karena seragam sekolah ada di pondok semua.

Hari pertama masuk sekolah setelah libur Idul Adha, tidak ada pelajaran di sekolah, hanya ada acara penyembelihan hewan qurban, hari tersebut masih hari Tasyriq. Aku bertemu Ainun di sekolah, aku diajak bertemu oleh Ainun di Gazebo Sate Madura nanti sepulang sekolah. Aku melihat raut wajah Ainun sepertinya ada yang ingin dia beritahu dan ceritakan padaku.

Jam 10 pagi sekolah sudah selesai dan semua siswa dipulangkan. Kupenuhi janjiku untuk bertemu dengan Ainun di tempat yang disepakati. Sesampainya disana, Ainun langsung menggodaku dengan cerita perkenalanku dengan Tsaqila.

“Zan, kamu dapat salam dari Tsaqila!” Sontak saja aku kaget, dan aku balik balas menggoda “Kamu dicari Najih!”. Najih adalah orang yang sering digosipkan dengan Ainun, walaupun Najih santai menanggapi gosip itu dan memang tidak pernah mencari Ainun, tetap saja aku mengatakan demikian agar aku tidak kelihatan salah tingkah di depan Ainun.

“Aku ada sebuah foto untukmu” Tukas Ainun sembari menyodorkan handphonenya dan membuka file galeri. Kulihat ada sebuah foto seorang wanita cantik berjilbab merah bermotif bunga melati. Aku terbelalak keheranan dan bertanya pada Ainun “Siapa wanita itu?”. “Dia adalah wanita yang kamu telpon semalam, kau masih ingat Zan? Tsaqila!”. Aku tidak mendengar apa kata Ainun selanjutnya, aku terlalu serius melihat foto Tsaqila tersebut.

Ainun menepuk pundakku “Hei, jangan terbelalak! Biasa saja melihatnya!”. Aku tersadar, aku terhanyut melihat paras indahnya, dan rasanya ingin sekali bertemu langsung dengan Tsaqila.
“Wow, ini gambar Tsaqila itu atau gambar dari internet?”, kataku.

“Hahahaha, tentu saja tidak, itu memang benar Tsaqila. Cantik kan?” Dia menggodaku untuk ke sekian kalinya.
“Tsaqila bertanya padaku Zan, siapa itu Mizan. Terus terang saja aku bicara tentangmu, aku katakan ke Tsaqila bahwa tidak ada di pondok yang lebih nakal daripada Mizan”, terang Ainun.

“Yaelah Sin, seharusnya kamu jangan terlalu jujur dengan Tsaqila, nanti dia tidak jadi suka ke aku. Hahahaha!” Jawabku sambil tertawa lepas.

“Aku tidak ingin bohong” Imbuh Ainun.
“Sepertinya dia Bunga Desa kan Nun?” Aku bertanya dengan nada berbunga-bunga.
“Kau tidak salah Zan! Dia memang orang tercantik di tempatku, Pulau Gili” Jawab Ainun.

Pulau Gili adalah sebuah pulau di lepas pantai Bawean, dan terkenal dengan wisata lautnya. Di pulau kecil tersebut ada pulau yang lebih kecil lagi bernama Pulau Noko Gili, pulau dengan pasir putih dan lautnya yang jernih. Keindahan pulau tersebut sudah terkenal ke seantero Jawa Timur.

Seandainya tidak mengharuskan aku menyewa perahu mengarungi laut ke rumah Tsaqila, tentu aku langsung menuju rumahnya dan bertemu dengan Tsaqila. Dan sesalnya lagi, ingatanku dan rasa penasaranku tentang Tsaqila kembali.

Pembicaraanku banyak dengan Ainun, bukan hanya seputar Tsaqila saja, namun bicara mengenai Sahiya juga, pacarku. Selain itu juga, kita juga berbicara mengenai gosip yang tersebar di pondok, yaitu gosip Ainun dengan Najih.

“Sudah Nun, aku mau pulang! Nanti sore aku harus kembali ke pondok. Sampai ketemu di pondok ya!” Aku berpamitan ke Ainun.

“Sampai ketemu juga di pondok Zan! Jangan pikirkan terus si Tsaqila ya!” Jawab Ainun. Aku hanya tersenyum. Ainun pulang, aku masih menunggu teman ngelajuku Rofiq.

“Zan, ayo pulang!” Rofiq mengagetkanku saat aku mulai mengambil handphoneku untuk stalking facebook Tsaqila.
“Ayo!” Jawabku sambil berkemas dan memakai jam tangan pemberian pacarku.

Di atas motor, aku masih saja memikirkan wanita yang ada di galeri handphone Ainun. Aku semakin penasaran dengan Tsaqila. Aku rencanakan untuk stalking facebook Tsaqila di malam harinya di pondokku.

***

Handphone-ku model lama, warnanya merah, hemat kuota, dan yang terpenting bisa chattingan melalui facebook. Aku bawa handphone itu ke pondok dengan diam-diam. Aku sering chattingan di belakang lemari dengan pacarku, Sahiya. Sebenarnya, aku membawa handphone bukan untuk selalu menghubungi pacarku, melainkan untuk mengetahui informasi di sekolah, karena aku juga sudah kelas XII SMA, semua hal-hal penting yang ada di kelas banyak dibagikan melalui media sosial, salah satunya facebook.

Saat malam seusai mengaji di pondok, aku mulai stalking facebook Tsaqila. Ingin rasanya aku membuka chat dengannya, tapi percuma karena di dinding facebook-nya tertulis aktif 17 jam yang lalu.

Sahiya, pacarku tiba-tiba mengechat aku, “Besok bisa bertemu? Aku tadi lihat kamu bertemu Ainun di gazebo Sate Madura”. Aku tidak balas chat tersebut, karena aku tahu, saat-saat panas akan dimulai besok.

Penulis: Jejek
Editor: Harly

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *