Siraman Ruhani Rasa Kongkow

Dalam rangka memperingati hari santri 22 Oktober, banyak acara bermunculan di setiap daerah yang diselenggarakan oleh berbagai macam organisasi. Seperti halnya pengajian, kirab santri, upacara, perlombaan, kompetisi, seminar, pelatihan dan sebagainya.
Tak lain dengan Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi (DEMA FDK) yang mengadakan acara ”kongkow dan ngaji bareng” yang bertempat di depan dekanat Dakwah, Selasa malam (23/10). Acara ini beda dengan yang lain, sebab dalam acara tersebut serasa seperti tongkrongan yang di dalamnya terdapat pengajian dan diskusi tanya jawab.
”Untuk menyemarakkan hari santri kita beda dengan yang lain, kalau yang lain kan pengajian umum biasa, upacara, dan sebagainya, namun dari kami mengadakan sejenis kongkow yang berisi pengajian lalu diskusi tanya jawab dan tadi juga diawali akustik serta dihidangkan kopi,” Ujar Fani saat diwawancarai salah satu kru Justisia. ”Kami juga mengundang lebih dari 38 paguyuban alumni santri seperti Iksab, Forsikabanu, Himabas, dan lain-lain,” tandasnya.
Ketua panitia acara ini, mengatakan bahwa tujuan diadakannya acara yang berjudul ”Santri Merajut Harmoni di Kampus Islam Negeri” ini adalah agar mengingatkan bahwa dalam kampus UIN Walisongo ini banyak mahasiswa yang berlatar belakang santri, seperti Alumni TBS, Banat, Tebuireng, dan lain-lain.
Materi dalam acara pengajian serasa kongkow ini disampaikan oleh Gus Saifudin Zuhri selaku pengasuh Pondok Pesantren Hidayatul Qulub, Semarang.
Beliau menjelaskan betapa beruntungnya seseorang jika ilmunya itu bermanfaat dan barokah. Jika ingin mendapatkan keberkahan maka harus ta’dzim terhadap Kyai atau guru yang mengajar, sebab sebodoh-bodohnya kyai itu tetap memberkahi. Contoh riil saat kita kuliah saja, jika kita ta’dzim dan mendekati dosen, maka kita akan dapat barokahnya.
”Urusan besok kerja apa dan makan apa tidak usah dipikirkan karena sudah ada yang menanggung, kuncinya taqwa dan yakin bahwa rizki sudah ditanggung oleh Allah, untuk bisa taqwa maka iman harus kuat terlebih dahulu, jika kita menunda-nunda panggilan Allah, maka akibatnya kalau kita berdoa, Allah akan menunda-nunda doa kita, itu tergantung kepada kita juga,” ujar beliau saat tausyiyah pada acara tersebut.
”Buktinya saya, saya dulu kuliah tidak begitu pintar, membaca kitab pun masih belum bisa, IPK saya 3,58 tetapi sekarang hidup saya tercukupi dan terjamin, sekarang saya mempunyai anak hampir enam. Namun banyak juga mahasiswa yang dulunya pintar dan cumlaude seperti mas Reza (nama samaran), malah sekarang dia jadi satpam” tandasnya.
Beliau mengingat dan menjalankan pesan-pesan dari Kyai beliau, misalnya salah satu pesan dari KH. Sya’roni yang mengatakan bahwa barang siapa yang tidak melupakan bagian akhirat, maka bagian dunia pasti diberikan terlebih dahulu pesan itupun dipraktekkannya dalam sehari-hari, dan memang bisa dibuktikan kebenarannya.
Sebelum penutupan beliau menyampaikan sebuah kata-kata ”semua orang itu bakal rugi kecuali orang berilmu, orang berilmu juga rugi kecuali orang yang mengamalkan ilmunya, orang yang mengamalkan ilmunya juga akan rugi kecuali orang ikhlas, namun ikhlas itu sulit dilakukan”.
Dalam pengajian tersebut para hadirin antusias dan tidak ada yang mengantuk karena mendengarkan nasehat ini. Sebab jarang di dunia kampus yang mengajarkan tentang akhlak dan obat hati, yang sering ada di lingkup kampus adalah diskusi-diskusi ilmiah yang bersifat rasio tanpa ada nilai yang bersifat memperbaiki dan mengobati hati seseorang.
Reporter : Najih
Penulis : Najih
Editor : sst