Resolusi 2019, Wacana atau Nyata?
Resolusi-resolusi setiap orang pada penghujung tahun sangatlah beragam. Mulai dari yang mainstream sampai anti mainstream.

Gambar: Anakgundar.com
Oleh: Ayu Rahma
Detik, menit, jam, hari sangat cepat berlalu. Tidak terasa tahun mesehi akan bertambah umur, 2018 akan bergulir menjadi 2019. Kemeriahan selalu menjadi garnis manis di penghujung tahun. Entah berupa pesta-pesta, perayaan-perayaan, atau hanya sekadar sorak-sorai di setiap sosmed untuk menyambut bergantinya tahun.
Muncul juga tradisi-tradisi yang hanya ada di penghujung tahun. Mulai dari yang biasa sampai yang aneh dan nyeleneh. Seperti: diskon bertebaran di setiap swalayan hingga toko online, perayaan-perayaan yang mewah dan menggelegar, bertamasya untuk mempermanis tahun yang akan tergantikan, hingga munculnya resolusi-resolusi untuk menyongsong tahun baru dari setiap bibir maupun status sosmed.
Resolusi menurut KBBI V adalah putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yang ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang); pernyataan tertulis, biasanya berisi tuntutan suatu hal. Resolusi-resolusi setiap orang pada penghujung tahun sangatlah beragam. Mulai dari yang mainstream sampai anti mainstream.
Resolusi yang mainstream biasanya berupa suatu upaya yang bertujuan agar menjadi lebih baik, contoh: tahun depan harus semakin giat, tahun depan harus bisa masak, tahun depan harus nikah, dan masih banyak lagi.
Sedangkan resolusi yang anti mainstream biasanya lebih aneh dan nyeleneh. Resolusi anti mainstream muncul entah dari mana dan mulai kapan, tetapi yang pasti resolusi anti mainstream ini muncul hanya untuk mewarnai hidup di zaman yang semakin nyeleneh ini. contohnya: tahun depan harus cerai, tahun depan harus punya istri baru, tahun depan harus nganggur, dan masih banyak resolusi yang lebih aneh bin nyeleneh.
Kenyataan dari resolusi mainstream sampai anti mainstream itu hanyalah sebagai pemanis buatan yang kadang menimbulkan penyakit. Maksudnya, resolusi itu timbul karena renungan yang biasanya dilakukan di akhir tahun, hanya sebagai penghibur diri bukan untuk perbaikan diri. Kadang juga hanya untuk mendapat simpati doi. Resolusi yang hanya sebagai hiasan jendela sosmed atau sebagai cara untuk menyambut tahun baru.
Padahal resolusi adalah sebuah rencana nyata dari pengharapan untuk menjadi lebih baik. Bukan hanya ajang pamer bahwa diri akan menjadi lebih baik. Membuat resolusi sebanyak-banyaknya dari tingkat biasa sampai tingkat dewa memang tidak salah, karena rencana untuk berbenah memang baik.
Apalagi Islam menyatakan bahwa setiap niat baik itu sudah mendapat pahala meski belum terlaksana, tetapi alangkah lebih baik jika terlaksana. Jadi tulis resolusi baik sebisanya dan wujudkan di kehidupan nyata, agar bukan jadi wacana semata.