Panggung Cinta untuk Tambakrejo

Justisia.com – Peristiwa penggusuran Tambakrejo Kamis (9/5/2019) jadi memori yang memilukan bagi warga Tambakrejo khususnya. Tepat dua pekan lebih satu hari pasca kejadian itu diselenggarakan acara Ngudhar Roso Tambakrejo: Gugah Gregah di bawah Jalan Arteri Yos Sudarso, Jumat (24/5/2019) malam.
Acara yang dihadiri oleh Romo Aloysius Budi Purnomo, Kang Putu, Guspar Wong, dan Kang Ujang-Kecapi diawali dengan pertunjukan musik oleh Kang Ujang-Kecapi dkk untuk menghibur warga Tambakrejo serta orang-orang yang datang.
Dilanjut dengan acara inti yang dipimpin oleh mas Danial. Di acara inti Kang putu menceritakan permasalahan di Kendeng kemudian Waduk Kedung Ombo sebagai pemantik semangat warga Tambakrejo untuk terus memperjuangkan hak-hak mereka.
“Tidak ada hak bagi pemerintah untuk menyengsarakan warganya. Justru kewajiban pemerintah adalah untuk memberikan kehidupan yang layak bagi rakyatnya,” ujar pemilik Kedai Kopi Kang Putu tersebut.
Sedangkan Romo Budi, panggilan Romo Aloysius Budi Purnomo mengatakan banyak belajar dari peristiwa ini.
“Terus terang saya benyak sekali belajar dari teman-teman di sini,” ungkapnya.
Di sisi lain Guspar senantiasa yakin bahwa tidak akan ada lagi kesedihan dan kesengsaraan setelah ini. Karena setelah puncak kesengsaraan akan ada kebahagiaan.
“Besok akan ada kehidupan rumah yang lebih baik lagi, karena sayyidul bulan, bulan paling apik niku Romadon, Insyaallah, sing penting yakin,” seloroh Guspar.
Ia menambahkan bahwa tidak ada kesengsaraan yang abadi. Sebab semua hal memiliki umur dan masanya.
“Nggak usah khawatir orang itu akan menderita selamanya. Tidak. Penderitaan itu ada umurnya. Tidak sepanjang umur. Tidak. Kalau kita sudah mencapai puncak penderitaan pasti cahaya terang yang akan muncul,”.
Ketua RT 05 Kampung Tambakrejo Rahmadi mengungkapkan rasa terimakasihnya kepada semua pihak yang telah membantu warga Tambakrejo dengan setulus hati. Mengutip perkataan Romo Budi ia mengatakan bahwa setiap langkah pasti ada ujungnya, setiap harap pasti akan betemu.
Pembangkangan warga tambakrejo atas penawaran rumah susun dari pemerintah, tambah Rahmadi, bukan karena warga tidak mau mendapat kesejahteraan dari pemerintah, melainkan karena kehidupan rumah susun bukanlah kehidupan mereka. Kehidupan yang jauh dari laut bukanlah jatidiri mereka. Namun kehidupan sebagai nelayan, hidup di dekat laut adalah yang menjadi keinginan warga.
“Di situ (saat Rahmadi bersama Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Walikota Semarang Hendrar Prihadi) saya jelaskan betapa mudahnya kehidupan kami di dekat laut,” tutur Rahmadi.
Malam itu, semua pembicara yang hadir yakin bahwa Rahmadi akan mampu mewujudkan cita-cita warga Tambakrejo. (Rep:Ayu/Red:Am)