Anak-Anak di Semarang Pawai Tuntut Kesadaran Krisis Perubahan Iklim

Semarang, Justisia.com – Sejumlah anak dan penyandang disabilitas di Kota Semarang berpawai mengelilingi kawasan Simpang Lima peringati Global Climate Strike. Gerakan anak muda sedunia Global Climate Strike ini terjadi sepanjang pekan 22-27 September 2019. Di Semarang, aksi ini dinamai Karnaval #JedaUntukIklim Semarang. Mereka yang berpawai disertai oleh ayah-ibu dan orang-orang dewasa lain yang sama peduli tentang krisis iklim.

Mereka membuat poster, spanduk, kostum, dan atribut bertema kelestarian alam dan lingkungan. Yang tampil di panggung aspirasi juga anak-anak. Mereka membacakan puisi dan surat untuk presiden, memberikan orasi tentang krisis iklim, menyanyi, dan berdoa.

“Menurutku, alam sekarang ini sudah krisis. Kalau bukan kita siapa lagi yang mau menolong alam ini? Supaya paling tidak anak cucu kita bisa menikmati alam yang lebih baik,” kata Reza Kurniawan (20) penyandang cerebral palsy yang mengarang puisi sendiri untuk dibacakan, dikutip dalam siaran Pers #JedaUntukIklim.

“Dulu aku sering banget lihat belalang dan kupu-kupu, tapi sekarang tinggal sedikit. Dulu musim hujan dan kemarau teratur, sekarang tidak teratur. Kotaku semakin panas, juga kota-kota yang lain, tapi yang menyadari alam semakin rusak itu masih sedikit,” kata Roetji Noor Soepono (8), yang dengan semangat datang dari Solo untuk menyampaikan orasi.

Sedang, anak homeschooler Vimala Sakanirvana menulis surat untuk Presiden tentang kekhawatirannya. “Aku sedih kalau Bumi makin panas, es-es di kutub mencair, permukaan laut semakin tinggi, akhirnya Semarang tenggelam. Lalu masa depanku bagaimana dong?” katanya.

Kenyo, siswa kelas XI SMA Semesta bercerita jika mimpi lah yang membuatnya segan untuk turut dalam aksi #JedaUntukIklim. “Aku ingin ikut aksi ini karena aku punya banyak mimpi untuk jangka waktu yang jauh. Jika krisis iklim ini tidak segera ditanggulangi, mimpi-mimpiku akan hangus begitu saja. Dengan adanya aksi seperti ini, aku berharap para wakil rakyat lebih peduli tentang masa depan remaja-remaja di Indonesia,” cerita Kenyo Sukmaning Gesang (17), siswa kelas XI SMA Semesta.

Global Climate Strike dilancarkan bersamaan dengan momentum Konferensi Tingkat Tinggi Aksi Iklim PBB. Vox.com menyebut situasi konferensi sebagai “mengecewakan” karena target-target pengurangan emisi karbon yang dipatok tidak tercapai. Adanya aksi jutaan orang aktivis iklim di seluruh dunia termasuk faktor yang menekan negara-negara untuk berkomitmen lebih serius menurunkan emisi karbon. (Redaksi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *