Rahmat Allah dalam Keberagaman
Indonesia merupakan negara yang kaya akan agama, suku, adat, dan budaya.

sumber foto : http://disporabudpar.banjarbarukota.go.id
Oleh: Rifqi Muhammad
Islam merupakan salah satu agama dengan kuantitas penganutnya yang banyak di dunia. Dengan kuantitas pengikut yang cukup banyak, tentu Islam mempunyai sejarah peradaban dan kebudayaan yang sangat panjang dan dinamis. Peradaban Islam yang berkembang dari abad ke abad mempunyai tipologi kebudayaan tersendiri hingga memunculkan sekte-sekte Islam yang dipengaruhi pola pemikiran manusia yang heterogen.
Termasuk di Indonesia yang kini diyakini sebagai negara dengan kuantitas muslim terbesar di dunia, juga tak luput dari perkembangan pola pemikiran manusianya yang beraneka ragam. Indonesia merupakan negara yang kaya akan agama, suku, adat, budaya dan masih banyak lagi. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia lahir atas bangunan keberagaman yang fondasinya telah dipikirkan matang-matang oleh para nenek moyang kita.
Pada dasarnya, keberagaman di Indonesia adalah rahmat Allah yang harus kita jaga. Jangan sampai dari keberagaman tersebut timbul suatu konflik yang mementingkan egoisme dan fanatisme di masing-masing pihak. Keberagaman merupakan jati diri sekaligus Identitas Sosial bangsa Indonesia, karena dengan keberagamanlah negara Indonesia terbentuk.
Konflik atas Nama Agama
Setelah meredeka selama 72 tahun, alih-alih masyarakat Indonesia semakin bijak dalam menyikapi keberagaman, kini justru terjadi perdebatan konflik yang mengatasnamakan agama. Hal itu tentu tidak mencerminkan jati diri bangsa Indonesia yang sesungguhnya lahir atas bangunan keberagaman ini.
Konflik horizontal yang kerap terjadi di Indonesia ditengarai adalah akibat dari keberagaman yang tidak disikapi dengan bijak. Egoisme dan fanatisme di masing-masing pihak diyakini menjadi latar belakang paling utama dalam konflik tersebut.
Konflik atas nama agama merupakan cara terakhir untuk menyingkirkan lawanya. Setelah melewati berbagai macam cara, dari yang sehat dan tidak sehat, dari yang waras dan tidak waras, ketika lawanya belum tumbang, maka jalan terakhir adalah dengan nama agama. Karena agama merupakan suatu hal yang paling universal dan diyakini mempunyai masa yang lebih banyak dibanding konfik dan cara apapun.
Salah satu konflik atas nama agama yang menjadi momok paling menakutkan di telinga masyarakat Indonesia adalah teroris. Laju teroris yang mengatasnamakan agama khususnya agama Islam diyakini sangat ampuh mendapatkan masa untuk kelancaran sepak terjangnya. Bahkan kedaulatan manusia yang dilindungi konsesus dari segala payung hukum dapat dipatahkan menurut hukum yang mereka cipta sendiri.
Pandangan mereka tentang keberagaman yang sebenarnya adalah rahmat dari Allah, malah menjadi malapetaka bagi orang lain yang tidak sepaham dengan mereka. Hal ini merupakan salah satu bentuk keberagaman yang tidak disikapi dengan bijak sehingga menimbulkan konflik atas nama agama, yang mana konflik tersebut diyakini sangat ampuh untuk mendapatkan masa ataupun pengikut demi sepak terjang mereka.
Rahmat Allah Terbuka untuk Siapapun
Saya pernah mendengar kisah yang termaktub dalam kitab Syarah Nashaihul Ibad karya Syekh Nawani Al Bantani, tentang seorang ulama bernama Abu Bakar As Sybly. Ia dirahmati oleh Allah bukan karena kesalihanya dalam beribadah, melainkan As Sybly pernah menolong seekor kucing kecil yang kedinginan di perlintasan jalan kota Baghdad. Hanya karena kucing kecil itulah Allah merahmati Abu Bakar As Sybly dan diampuni segala dosa-dosanya.
Dari penggalan kisah tersebut, dapat kita ambil hikmah, bahwa rahmat Allah terbuka untuk siapapun, baik itu hewan tumbuhan dll. Kita sebagai manusia yang diberi keistimewaan oleh Allah berupa akal, tidak semestinya hanya peduli kepada manusia saja, apalagi hanya satu ras. Semua makhluk hidup di dunia adalah sama, kita tidak boleh memandang latar belakangnya; suku, ras, agama dll. Allah memandang kelebihan manusia bukan hanya dari satu sudut pandang saja, melainkan dari sudut pandang berbeda yang mungkin belum kita ketahui.
Keberadaan konflik itu Penting
Keberadaan konflik dalam masyarakat sebenarnya sangat penting, kehidupan tak akan berjalan tanpa adanya konflik. Manusia mempunyai tuntutan dan impian untuk keluar dari konflik, sehingga manusia berlomba-lomba untuk mencapai impian tersebut. Dalam keadaan semacam inilah, Allah membekali manusia dengan nilai-nilai moral sehingga manusia bisa mencari jalan keluar dari konflik tersebut.
Nilai-nilai moral tersebut diantaranya adalah toleransi, saling menghargai pendapat satu sama lain. Toleransi merupakan sebuah wujud penyatuan, penghormatan terhadap keragaman yang ada di masyarakat sekitar. Akan tetapi bukan berarti penyatuan keselarasan akidah dalam beragama, karena hal itu merupakan bagian luar dari toleransi.
Dengan menjunjung tinggi toleransi antar umat, maka akan tercipta suatu kehidupan yang harmonis tanpa memandang perbedaan ras, suku, budaya, agama dll. Sebagai sebuah permasalahan yang dapat menimbulkan konflik. Karena sejatinya keberagaman merupakan rahmat dari Allah SWT yang harus kita jaga dan harus kita sikapi dengan bijak.