Orasi Ilmiah PBAK: Pemahaman Hoax dan Radikalisme Pengantar Memasuki Dunia Kampus

Orasi Ilmiah Anggota Deputi IV Kantor Staf Presiden, Eko Sulistyo di PBAK 2018 UIN Walisongo Semarang, Senin (27/08). Foto: Doc Justisia
Semarang, Justisia.com – Dalam acara Orasi Ilmiah pembukaan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) UIN Walisongo Semarang yang dilaksanakan di lapangan kampus III, Senin (27/08), anggota Deputi IV Kantor Staf Presiden, Eko Sulistyo menyampaikan pesan kepada mahasiswa baru agar tetap memahami wacana hoax dan radikalisme. Pasalnya, keduanya merupakan bekal penting guna memasuki dunia kampus.
Sebelum itu ia juga menanggapi bahwa kreatifitas parade budaya dan pesan-pesan dari kakak tingkat mereka -mahasiswa baru- merupakan hal penting sebagai modal awal menghadapi segala informasi dan pengetahuan yang ada di kampus.
“Awal mereka masuk dunia pendidikan tidak hanya diberikan semacam uraian akademik, tetapi juga ada peragaan budaya, juga ada pesan-pesan dari kakak-kakak mahasiswa mereka. Kemudian juga mengundang dari pihak luar, seperti dari kami, pihak kantor staf Presiden untuk memberikan pengantar wacana hoax dan radikalisme, dan ini merupakan sesuatu yang penting untuk kegiatan mahasiswa baru sebagai pengantar mereka dalam memasuki dunia kampus dengan segala informasi dan ilmu yang akan didapat,”. Ucap pria yang pernah menjabat ketua KPUD Surakarta tersebut.
Dalam rangka menanggulangi maraknya wabah ideologi radikalisme, dilakukan kerjasama antar lembaga pemerintah dan badan swasta. “Saya kira sudah banyak penelitian dari badan pemerintah maupun badan swasta, seperti Wahid Institut. Mereka sudah memberi informasi tentang wabah radikalisme yang semakin mengkhawatirkan. Akan tetapi forum Rektor, warning dari Presiden dan kerjasama antar lembaga pemerintah, misalnya BNPT dengan pendidikan seperti Kemenristekdikti dan sebagainya, dengan begitu saya kira persoalan radikalisme pelan-pelan dapat ditanggulangi,”. Tambah Eko.
Mahasiswa Harus Tingkatkan Kompetensi Hadapi MEA
Selain menyampaikan persoalan hoax dan radikalisme, Eko juga berpesan pada mahasiwa baru untuk meningkatkan daya saing dalam era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
“Kemudian di tengah era masyarakat ekonomi internasional dan MEA, mereka (mahasiswa baru) harus bisa mengambil wawasan, dan kompetensi juga harus ditingkatkan,”. Harap Eko saat diwawancarai Reporter Justisia.com.
Ketika MEA resmi dibuka, maka persaingan bukan lagi dengan tetangga ataupun teman sejawatnya, melainkan masyarakat ASEAN.
“Mulai 2016 setelah resmi dibuka MEA, maka persaingan bukan hanya tetangga, maupun teman disamping mereka, melainkan juga dari luar negeri, sehingga kami memberikan semangat agar orientasi mereka tidak hanya ke dalam negeri utamanya bangsa ASEAN,”. Pungkasnya. (Ruri)