Mahasiswa Perlu Sabar dengan Fasilitas Ala Kadarnya

Rektor UIN Walisongo, Prof. Dr. Muhibbin, M.Ag, saat diwawancarai di sela-sela pembukaan PBAK 2018. Foto: Dok. Justisia

Justisia.com – Sekitar pukul 09.00 WIB, rektor UIN Walisongo Semarang, Prof. Dr. Muhibbin, M.Ag (58) membuka acara PBAK 2018. Dihadapan 4105 mahasiswa baru UIN Walisongo dari delapan fakultas, Muhibbin menjelaskan beberapa hal terkait dengan perkembangan kampus, Senin (27/08).

“Setiap awal pertemuan kuliah atau selama perkuliahan berlangsung, para dosen sudah dipesan untuk menyampaikan Islam yang rohmatan lil alamin. Islam yang tidak diskriminatif antara muslim dan non muslim. Terbukti hari ini saya memberangkatkan mahasiswa KKN mandiri ke Lombok Utara dengan misi membantu saudara-saudara kita yang terkena musibah,”. Papar pria asal Demak saat ditemui usai membuka acara PBAK 2018 itu.

Pria yang pernah menjabat dekan Fakultas Syariah IAIN Walisongo tahun 2002-2006 ini menjelaskan, kurikulum di UIN Walisongo terkait ke-Islam-an telah mengarah kepada Islam moderat. Meskipun kelas perkuliahan masih kurang namun sudah mulai ada pembangunan yang diperkirakan selesai akhir tahun 2019.

“Apabila delapan gedung sudah jadi maka semua bisa pulih kembali, sekarang ini kelas untuk perkuliahan masih kurang. Dengan kondisi yang demikian kami membantu pemerintah untuk menampung calon mahasiswa karena adanya tuntutan memperbanyak APK (Angka Partisipasi Kasar),”. Tutur ayah dari empat anak ini.

Ketua kopertais X Jawa Tengah ini juga menyampaikan, “Jumlah mahasiswa baru bertambah karena kami juga membuka jurusan baru meskipun hanya satu kelas,”.Muhibbin yakin mahasiswa bisa bersabar karena pembangunan sedang dimulai.

Sarjana muda IAIN Walisongo tahun 1983 tersebut menanggapi, buku-buku penunjang di kampus sudah cukup dan saat ini tidak hanya mengandalkan literasi bentuk fisik. Kampus telah membuka jaringan melalui link di luar kampus.

Menyinggung beasiswa untuk mahasiswa kampus telah menyediakan beasiswa dengan jalur yang beragam. Adapun untuk mahasiswa difabel belum terpikirkan untuk mendapat beasiswa.

“Mahasiswa difabel sendiri belum terpikirkan untuk mendapat beasiswa. Sedangkan untuk pelayanan telah diupayakan dalam pembangunan gedung baru yang ramah difabel. Akan tetapi di gedung lama kami menghimbau kepada para dekan agar mahasiswa difabel hanya menjalani perkuliahan di kelas-kelas lantai 1,”. Tukasnya. (Salwa/Afif)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *