Indonesia Butuh Arsitek Persatuan

gambar : QERJA

Oleh: M. Nor Arif Afendi

Melihat Indonesia hari ini, sudah menggambarkan bagaimana keadaan Indonesia yang
sebenarnya. Setiap harinya pasti ada konflik yang bermunculan, dari berbagai kalangan, golongan dan elemen-elemen lainnya. Konflik yang selalu bermunculan, menghampiri bangsa ini bukan berarti tanpa sebab dan tujuan yang pasti.

Masalah yang bermunculan bukan hanya saja menggemparkan dunia, yang menertawakan bangsa ini juga ada saja nampak di muka publik, baik yang dilakukan oleh individu bahkan kelompok-kelompok yang tidak bertanggung jawab. Makna sebuah konflik itu sendiri banyak penafsirannya. Dari berbagai sudut pandang ikut serta mewarnai untuk memberikan makna konflik itu sendiri.

Berbagai aliansi, kelompok, pakar, dan tokoh-tokoh terkemuka, baik tokoh yang baru mulai naik daun maupun yang sudah sesepuh mempunyai pendapat masing-masing dalam memberikan penafsiran. Dan, jika salah dalam menafsirkan suatu permasalahan atau konflik yang datang kepermukaan bangsa ini, menjadikan perdebatan dan saling ujar
kebencian, dan ada saja pihak yang ikut serta memanfaatkan kondisi tersebut untuk semakin memanaskan bangsa ini.

Mungkin konflik atau permasalahan-permasalahan yang sudah tidak asing lagi terdengar di
telinga kita. Pertama, Politik yang baru-baru kemarin dilakukan serentak dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur di setiap wilayah atau provinsi di Indonesia. Politik Indonesia semakin hari semakin memanas, berbagai cara digunakan untuk menguatkan salah satu paslon yang diangakat untuk menjadi gubernur.

Kedua, Pembangunan infrastruktur negara yang dilakukan presiden kita pembangunan yang luar biasa dilakukan dan itu pun tidak lepas dari masalah agraria. Agrarian adalah permasalahan yang sudah lama menjadi permasalahan negeri ini juga yang setiap tahun ada saja bermunculan baru. Permasalahan yang sudah berlarut-larut saja belum selesai-selesai ada saja permasalahan yang muncul kembali di kalangan masyarakat dan masih banyak lagi.

Banyak konflik, atau masalah sosial yang nampak di sekitar masyarakat, menjadi PR bersama para pemimpin negeri ini untuk segera diselesaikan. Penyelesaian masalah yang ada di tengah kehidupan masyarakat Indonesia tidak hanya sekedar menyelesaikan atau
memberikan solusi saja.

Tetapi, melihat Indonesia adalah bangsa yang besar dan mejemuk, sangat memerlukan seorang arsitek pemersatu bangsa yang memang paham betul dengan keadaan Indonesia saat ini. Arsitek yang benarbenar paham keadaan masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai komponen dan elemen-elemen lainnya.

Mengutip dari Prof. Dr. H. Din Syamsuddin dalam tulisannya yang berjudul, NKRI: Negara Perjanjian Dan Kesaksian, di dalam buku Islam Nusantara, beliau mengatakan, Sebuah bangsa besar dan majemuk seperti Indonesia memang rentan terhadap perpecahan. Walaupun kemajemukan dapat dipandang sebagai kekuatan, tapi kemajemukan mengandung kelemahan.

Hal ini terjadi jika unsur-unsurnya menampilkan egoisme, eksklusivisme, dan absolutisme. Kemajemukan memiliki tendensi disintegrative kalau tidak dapat dikelola secara baik dan ketiga orientasi tersebut tidak dapat dikendalikan. Pengalaman bangsa-bangsa menunjukkan bahwa kemajemukkan tidak dapat dipandang secara taken for granted akan selalu terpelihara, karena konflik kepentingan mencuat sementara semen perekat tidak cukup kuat.

Maka kemajemukan meniscayakan adanya landasan bersama (common platform) dan acuan bersama(common denominator). Indonesia Butuh Arsitek Persatuan. Arsitek persatuan ini adalah sosok yang benar-benar paham betul dalam memahami kondisi sosial dan konflik yang ada di negara ini. Sosok arsitek persatuan untuk bangsa ini, bukan hanya memberikan solusi atau masukan untuk menangani suatu permasalahan di negara ini.

Melainkan, solusi yang memang benar-benar paham betul kemajemukan bangsa ini tanpa menimbulkan perpecahan bangsa. Indonesia bukan hanya bangsa yang besar, berbagai unsur di dalamnya golongan, agama, suku, budaya, dan lain sebagainya. Itu perlu dipertimbangkan, salah dalam mengambil keputusan maka perpecahan dan saling membenarkan suatu kelompok semakin menampakkan diri ke permukaan Indonesia.

Pancasila adalah landasan yang paling kuat untuk menjaga persatuan dan keutuhan bangsa, dari terjadinya perpecahan. Pancasila bukan hanya sebagai landasan bersama (common platform) melainkan juga salah satu akar pemersatu bangsa Indonesia. Seperti halnya yang dikatakan oleh Hegel, negara adalah wujud persinggungan antara kebebasan subjektif (subjective liberty) dan kebebsan objektif(objective libertiy) seluruh komponen dan elemen bangsa.

Sebagai bangsa yang besar dan majemuk bukan berarti mudah untuk mempersatukan bangsa Indonesia, juga bukan berarti tidak bisa. Indonesia yang terdiri dari berbagai pulau-pulau, bahasa, suku, dan budaya yang berbeda-beda dari Sabang sampai Merauke sangat membutuhkan kejelian dan jiwa nasionalisme tinggi.

Melihat keadaan Indonesia yang begitu kompleks, yang terdiri dari berbagai komponen dan
elemen perlu sosok arsitek persatuan yang dewasa dan jiwa nasionalisme. Kedewasaan dalam bernegara dan berbangsa, memang sangat dibutuhkan untuk menjadikan Indonesia negera kesatuan. Dan, kedewasaan dalam ber-Pancasila, dalam menafsirkan dan memahami pancasila tidak hanya secara teks perlu pengakajian dan pemahaman yang dalam, agar tidak menimbulkan salah penafsiran dan perpecahan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *