Ada Kurcaci di Negeri Raksasa

Masih di malam hari

Dua bintang di wajahnya menilik lamat-lamat angkasa malam

Berhiaskan gemerlap jutaan berlian langit yang berkawan dengan sang purnama

sumber ilustrasi: kisspng

Oleh: Nisrina Khairunnisa

 

Satu

Tercium bau sengit yang menyesakkan napas

Sekawanan asap menyerbu langit-langit rumah

Oh jangan terkejut, sudah kebiasaan Emak beraktivitas di singgasananya

Tangannya terlihat sangat rakus saat mengupas kulit bawang

Sungguh, tak suka baunya

 

Dua

Nang, mak njaluk tulung, iki karung bawange ngko terke ning Pak Juragan yo pinta Emak

Nggih mak

Seuntai kata menjalar di pikiranku dan alhasil sastra pun berbicara

 

Tiga

Emak, oh Emak

Melihat ragamu yang telah rapuh, kulitmu tak lagi kencang, begitu memilukan hati yang kecil ini

Hartamu hanya ada pada karung-karung bawang yang kau taruh di penghujung singgasanamu

Seringai riang pada birai bibirnya menyatakan sebuah keikhlasan dalam menopang kehidupan

Tubuhmu yang kecil bagai kurcaci nampak berhentak-hentak di negeri raksasa ini

Begitu naifnya negeri ini hingga membuat rasa skeptisku berhamburan

 

Empat

Perjumpaanku dengan Emak pada malam hari

Beginilah kenyataannya, ya mau bagaimana lagi?

Kurcaci-kurcaci negeri tidak hanya Emak saja yang bertindak

Kami sudah rapuh, pucat, dan melarat

Skandal ekonomi yang menghantui kehidupan sudah terlalu penat

Tapi kami tak pernah tamat, dan tidak ingin disekakmat

Aduh, duh, duhh

 

Lima

Masih di malam hari

Dua bintang di wajahnya menilik lamat-lamat angkasa malam

Berhiaskan gemerlap jutaan berlian langit yang berkawan dengan sang purnama

Seonggok kertas yang bernominal kecil dikeluarkan dari sakunya

Kembali menerbitkan seringai riang pada birai bibirnya, seraya mengucap Alhamdulillah

Sukmaku berteriak dan terasa dicabik-cabik

 

Enam

Jalanan terjal kau tempuh demi sesuap nasi

Beribu ancaman dari atasanmu selalu membuatmu takut

Di Negeri raksasa ini, aku bersuluk kidung

Memohon agar Emak dan kawan-kawannya dapat merasakan keadilan

Keadilan yang dapat dihirup dengan segenap napas rindu dan cinta

Di sudut negeri raksasa ini, aku menangis merasakan betapa sadisnya para raksasa terhadap kurcaci-kurcaci negeri

Adakah payung hukum yang tertanam dalam jiwa para kurcaci di negeri ini?

 

Tujuh

Sudahlah mak, cukup sampai sini saja

Biarpun mereka mengancam, masih ada aku yang sanggup menghidupimu

Tak peduli berapa kali bentala mengorbit sang mentari, aku tetap ada di sampingmu mak

Yakinlah mak, hari baru akan dimulai, dan keadilan pasti datang untuk para kurcaci yang tinggal di negeri raksasa ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *