Apatisme Mahasiswa terhadap Politik
politik tidak selamanya berkaitan dengan hal-hal negative, namun politik juga merupakan hal yang positif sebagai kerja pengabdian masyarakat

Sumber Foto: Medium
Justisia.com – Apatisme Mahasiswa terhadap politik disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. Menurut salah satu staf peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jakarta Wasisto Raharjo Jati mengatakan, kita ketahui mahasiwa sekarang sangat melek teknologi, mereka mengetahui banyak informasi terutama politik. Mungkin dibenak mereka politik itu sudah kotor, koruptif, manipulatif, dan membuat mereka sangat apatis mengenai dunia politik.
Pria alumni S1 politik pemerintahan UGM menjelaskan, politik merupakan suatu kerja yang continue. Memiliki proses dan jenjang yang lama. Namun, mahasiswa sekarang cenderung memiliki pola pikir yang instan dan cepat. Hal ini juga dapat menyebabkan mahasiswa enggan berpolitik.
“Pada saat ini ada jarak antara partai dengan mahasiswa, dan sampai sekarang tidak ada partai yang secara khusus menangani anak muda. Hal ini membuat kaum muda merasa diabaikan, dan membuat mahasiswa ragu untuk ikut campur dalam politik,” ungkapnya saat ditemui oleh reporter justisia.com di American Corner Kampus III, Kamis (25/10).
Wasisto berharap, agar mahasiswa membentuk idealisme mengenai politik. Bahwa politik tidak selamanya berkaitan dengan hal-hal negatif, namun politik juga merupakan hal yang positif sebagai kerja pengabdian masyarakat. Serta, sebagai kaum idealis mahasiswa diharap mampu untuk merubah keadaan politik yang sekarang penuh dengan intrik, manipulasi menjadi politik yang berideologi dan tidak memanipulasi.
Menyikapi hal tersebut salah satu dosen departemen ilmu komunikasi FISIP Unversitas Diponegoro Triyono Lukmantoro menuturkan, sikap apatis mahasiswa dipicu karena tidak ada hubungan atau komunikasi antara mahasiswa dan partai politik. Para partai politik berhubungan kepada mereka hanya saat ada kegiatan pemilu saja. Setelah itu selesai ya sudah.
Pria yang sedang menempuh S3 di UGM ini juga menambahkan, mahasiwa bersikap antipati dalam berpolitik karena tak ada timbal balik atau reward yang bisa didapatkan dalam berpolitik. Mahasiswa dalam parpol itu hanya dijadikan kader dan sebagai massa saja. Mahasiswa merasa tak ada dampak langsung untuk mereka.
Terakhir, kita merasa perlu adanya komunikasi politik intensif antara parpol tingkat kabupaten/kota, provinsi dengan mahasiswa. Parpol juga perlu mendekati mahasiswa dengan datang ke kampus mengajak mahasiswa untuk berdiskusi mengenai politik. (J/Sidik)