UIN Walisongo Gagas Kampus Sebagai Pusat Moderasi Agama

Para Guru Besar UIN Walisongo Semarang melakukan foto bersama setelah acara Sarasehan Meneguhkan Bumi Walisongo sebagai Benteng Moderasi" di Lantai 2 Auditorium 1 UIN Walisongo, Selasa, (28/02) (Foto : Dok/Justisia)

Wajah Ketua Pantia Nur Hasyim tersenyum saat meyampaikan sambutan kepada peserta sarasehan karena hasil diskusi bersama dosen muda UIN Walisongo lainnya disambut positif oleh Rektor UIN Walisongo.
“Melihat keadaan sosial politik bangsa kian menajam menuju kebencian. Gagasan yang bersebrangan menyebabkan akses politik berdampak luas. Perkara inilah yang mengharuskan kampus (UIN Walisongo) tampil sebagai penggagas kampus sebagai pusat moderasi ajaran agama,” ucapnya yang disambut tepuk tangan oleh peserta.
Dalam sarasehan pra Silaturahmi Kebangsaan yang mengusung tema Meneguhkan Bumi Walisongo sebagai Benteng Moderasi, yang dilaksanakan di Auditorium 1 Kampus 1, Selasa (28/02). Rektor UIN Walisongo Muhibbin Noor menyampaikan bahwa gagasan brilian oleh dosen muda harus di dukung penuh oleh civitas akademik.
“Bangsa yang majemuk ini kini sedang di landa ujian berupa ujaran kebencian (hate speech) yang merajalela dari mimbar khatib hingga media sosial. Selain itu, hoax merajalela di masyarakat tidak bisa dibendung,” ucapnya saat memberikan sambutan.
Mantan orang nomor satu di Fakultas Syariah dan Hukum itu menyadari bahwa kalangan (akademisi) kampus terlambat dalam merespon permasalahan di masyarakat.
“Kita (kampus) sudah terlalu lama berdiam diri dan menyerahkan permasalahan ini hanya pada masyarakaat. Langkah awal ini akan bisa menjadi momentum karena UIN Walisongo menerima dukungan dari kampus, agamawan, dan pemerintahan,” tuturnya.
Ketua Panitia mengklaim gagasan kampus sudah melalui silaturahmi ke 23 kampus di daerah Semarang, Solo, Pekalongan, Kudus, dan Purwokerto. Rektor pun mengklaim sudah mendapatkan dukungan dari UNNES, UNDIP, UKSW Salatiga, UDINUS, dan UNS. Selain itu, restu dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kota Semarang. (FA)