Ananta Giri : Kesinambungan Sains dan Agama


Justisia.com – Public Lecture kembali menggelar acara di UIN Walisongo Semarang bertemakan Research As Realization Science, Spirituality And Harmony dengan narasumber Prof. Ananta Giri dari Madras Institute Of Development Studies India bertempat di gedung rektorat lantai 3 Kampus I UIN Walisongo, Rabu (12/04).
Pantauan reporter justisia.com acara tersebut dimulai pukul 19.00 WIB dan mengundang mahasiswa bidikmisi sejumlah 50 orang, serta dua delegasi dari tiap Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Universitas.
Dalam sambutannya Wakil Rektor III, Prof. Dr. H. Suparman Syukur, M.Ag, public lecture bisa kembali terselenggara berkat bantuan dari beberapa pihak dan ini acara yang sangat bagus untuk menambah luas wawasan berbahasa diikuti tepuk tangan yang meriah dari audience.
Prof. Ananta Giri dalam membuka public lecture menuturkan, pada saat mengantuk kita butuh tidur 1-6 jam, tapi kita bisa tertidur bertahun-tahun secara spiritual artinya kita tidak tahu tentang makna hidup ini.
“Sains dan Religion adalah gerakan untuk membangunkan kita secara spiritual. Sains dan pengetahuan agama bukanlah sesuatu yang bertolak belakang, melainkan sesutau yang beriringan,” kata pria lulusan Alumnus The Johns Hopkins University.
Agama dan Sains harus Beriringan
“Orang Indonesia tidak hanya berlatar belakang agama, tetapi mereka juga memiliki ilmu pengetahuan tentang mengatur kehidupan, seperti, membuat terasering serta irigasi dalam pertanian,” tutur pria berbadan gempal dan berkacamata.
“Selain religious mereka (orang indonesia) juga scientific. Kemudian, ilmu pengetahuan modern yang muncul dari barat tumbuh melalui situasi yang sangat sulit, seperti contohnya galilea galileo sebagai scientist yang dibunuh atas nama agama oleh gereja,” lanjut Prof. Ananta Giri dari Madras Institute Of Development Studies India
Diera sekarang orang dapat dibunuh dengan mudah dengan alasan agama, namun itu bisa hilang dengan sains dan agama yang berjalan seiringan bak dua pasangan yang memadu kasih.
“Agama bisa bertanya kepada sains terlebih dahulu dalam menghadapi suatu maslah, begitupun sebaliknya. Itu akan menjadikan harmonisnya agama dan sains,” pungkas pria yang pernah berkunjung ke Hardvard University. (SALWA/SFR)