Dopamin Media Sosial
Mendapat dopamin sehingga terasa enak dan asik


Menggunakan media sosial dan handphone, sebuah keharusan di era sekarang ini. Disitu otak kita akan memproduksi dopamin, yang mengakibatkan ketika manusia menerima pesan, terasa enak dan asik. Itulah sebabnya ketika sedang kesepian, biasanya mengirim pesan kepada beberapa teman, dengan kata yang sama seperti ; halo, hai, apa kabar, dan akan terasa enak ketika mendapatkan respon.
Kita sering menghitung berapa yang menyukai dan sering melihatnya kembali sampai berkali-kali. Ketika instagram atau facebook mulai kurang direspon, seakan mereka tidak menyukai kita lagi dan menjadikan kita trauma terhadap media tersebut karena takut tidak disukai lagi.
Ketika kita mendapat respon, akan mendapat dopamin sehingga terasa enak dan asik, itulah alasan kenapa kita menyukainya dan melihat kembali berulang-ulang.
Namun kita tidak memiliki larangan untuk media sosial, karena generasi kita dibebaskan untuk mengakses segala hal yang sedemikian pelik terkhusus menggunakan media sosial.
Disini kita memberikan akses untuk dopamin lewat media, anak-anak akan lebih sukar dibentuk dan ketika mereka mulai tumbuh dewasa ada banyak anak yang tidak tau untuk membentuk hubungan yang dalam itu dengan kata-kata. Mereka mengakui bahwa persahabatan dangkal dan tidak bisa berharap kepada teman mereka.
Lebih senang dengan teman mereka, namun meyakini bahwa teman akan membatalkan semua hal. Ketika ada hal yang lebih baik mereka tidak mengetahui arti dari hubungan yang dalam karena tidak pernah dilatih untuk itu dan lebih buruknya mereka tidak mempunyai mekanisme untuk beradaptasi dengan tekanan disekitar.
Maka ketika mereka mendapat tekanan yang signifikan, mereka tidak akan pergi pada orang tua, sahabat, maupun pacar. Mereka lebih memilih pergi kepada device, media sosial, dimana akan memberikan kelegaan bersifat sementara.
Bijak Menggunakan Media Sosial
Seseorang yang sering menggunakan facebook dan instagram sangat rentan terhadap depresi, dibandingkan dengan orang yang jarang menggunakan facebook dan instagram. Hal seperti ini harus seimbang, tidak ada yang salah dengan media sosial.
Masalahnya adalah ketidak seimbangan, jika kita sedang duduk makan malam dengan teman, namun kita fokus chatting dengan teman yang tidak ada disitu (lewat media sosial), akan menjadi candu untuk kedepannya.
Jika kita dalam sebuah pertemuan besar, sebaiknya kita fokuskan bercengkrama dengan orang yang sekitar tanpa meninggalkan media sosial, kuncinya adalah saling seimbang saja.
Kita meletakan handphone dimeja, menghadap keatas kebawah (saya tidak peduli) tanpa disadari pikiran kita tidak ada disitu lagi, semua menjadi tidak penting, itulah yang terjadi dan fakta bahwa kita tidak bisa melepas handphone kita adaalah karena kita kecanduan dan seperi kecanduan-kecanduan lainnya, dapat menyebabkan hancurnya suatu hubungan waktu-waktu yang sia-sia, terbuangnya uang, dan membuat hidup kita semakin buruk. (Sfr)