Titip Rindu Untuk Bunda

Dekapan ibu yang membuat ketenagan hati. ( sumber gambar iedoet.wordpress.com )
Oleh : Adila Nafiatul Rafi’an
Delapan bulan sudah aku menapakkan kaki di tanah kota lumpia, menghirup udara di kota atlas nan metropolis dan mata yang memandang kekayaan venesia van java ini. Semarang, begitu orang mengenal kota yang selama empat tahun nanti akan menemani hari-hariku. Tempat dimana aku mendapatkan teman baru, sekolah baru, lingkungan baru, tempat dimana aku merajut mimpi serta saksi dari perjalanan awal mencapai impianku.
Beberapa kilometer di lereng Gunung Ungaran sana, keluargaku berada. Mengizinkanku meninggalkan kalian demi cita-cita yang telah lama berkobar dalam jiwaku, serta dahaga yang terus menyerangku akan ilmu. Berat awalnya kami berpisah, sebab aku bukanlah anak yang akan dengan mudah hidup sendiri, menghadapi problema yang ada dan lingkungan yang berbeda. Tetapi, sekali lagi ini demi mimpiku, demi hidupku di masa mendatang. Hidup mandiri adalah hal yang tepat agar aku siap mengahadapi kerasnya dunia yang selama ini tertupup dan tak pernah kuketahui.
Bunda, awalnya aku ingin berteriak dan memanggilmu untuk menjemputku dan membawaku kemabali kerumah kita, berkumpul bersama dengan kalian seperti biasa. Aku takut membayangkankan jika tiada bunda disisiku, aku takut tak ada yang memelukku saat hatiku terluka, tak ada yang mengigatkanku saat aku terlena, tak ada yang mau mendegarkan ocehanku, dan tak ada yang memanjakanku saat malas menyerang diriku. Namun, bunda meyakinkanku bahwa aku bisa menjalani semua. Anak seusiaku memang harus belajar mandiri, bukan.
Kadang bulir air mataku menetes saat aku merindukanmu, Bunda. Aku pun tahu bunda juga merasakan hal yang sama. Bunda yang setiap hari tak pernah lelah menanyakan kabarku, kegiatanku, cerita-cerita cintaku, yang selalu mengigatkanku untuk menjaga kesehatan dan berhati-hati, serta memberiku doa di setiap akhir kalimat. Tanpa sadar, sepertinya hal itu yang memberiku kekuatan dalam menjalani aktivitasku. Aku bukan anak yang baik bunda, tapi aku akan berusaha untuk tidak mengecewakanmu. Walaupun, aku tahu selama ini kadang aku menyakitimu dan membuatmu menangis karena tingkahku, karena ketidakpedulianku dan juga perkataanku. Kau tak pernah berhenti memeperhatikanku dan terus menyuapiku dengan kasih sayangmu.
Bunda, kaulah salah satu alasanku terus mengejar mimpiku dan menjalani hidup ini, apapun rintangan yang menghadangku tidak akan menggoyahkanku. Dalam diam, aku berjanji kaulah orang pertama yang akan merasakan keberhasilanku kelak. Semua harapan bunda untukku, aku akan berusaha mewujudkannya, walau aku tahu itu semua tidak akan bisa membayar atas jasa bunda untukku.
Bunda, disini aku merangkai mimpi-mimpi indahku yang langkah demi langkah akan menjadi realita. Doa dan restumu selalu menyertaiku.” Jangan lupa untuk selalu tersenyum, jaga kesehatan dan semoga Allah selalu melindungimu, Bunda” kata-kata itu yang selalu ingin kuucap, tapi tak pernah terdengar olehmu karena kegengsianku. Doa kan aku disini, agar lancar dalam menggali ilmu-ilmu agama dan dunia. Doakan agar aku berhasil dan menjadi manusia yang berguna.
Rindu yang tak bisa tergambarkan ini, kukirimkan untukmu. Bunda yang amat kucinta.(j)