
“Harapannya para remaja menyaksikan film ini karena banyak ilmu yang bisa diambil. Guna menghindari doktrin yang mewarnai sosial media yang mengajak bergabung dengan ISIS,” ucap Aam sapaan akrab Pemimpin Umum LPM Edukasi di Aula Gedung Q (27/08).
Imam Taufiq selaku narasumber menjelaskan media sosial merupakan jalur yang ditempuh para remaja untuk bergabung dengan ISIS. Karena dalam perekrutannya mengatasnamakan islam. “ISIS in the name of god and ISIS in the name of religion. Belajarlah agama sampai akar-akarnya,” tutur Dosen Fakultas Ushuludin dan Humaniora.
Wakil Rektor III UIN Walisongo menjelaskan, di dalam UU nomor 15 tahun 2003 mengenai teroris masih banyak kekurangan. Salah satunya tidak bisa menghukum atau mengadili kelompok yang mengadakan latihan dengan menggunakan senjata soft gun, padahal dalam latihan tersebut merencanakan teroris.
“Teroris termasuk kejahatan luar biasa. Negara dalam pendekatannya masih menggunakan ordinary. Inilah yang masih menimbulkan polemik. Pelaku teroris seharusnya di deradakalisasi tetapi dalam hal ini Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) tidak bisa memaksakan deradakalisasi karena proses tersebut merupakan pilihan si pelaku,” ucap Pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah Be Songo.
Lewat Media Sosial
Film dokumenter yang terinspirasi dari Teuku Akbar Maulana (17) warga Indonesia tepatnya di Kota Serambi Makkah yang mendapat beasiswa belajar di Turki. Kisah ini berawal dari pertemuan awal antara Noor Huda Ismail dan Teuku Akbar di warung kebab. Akbar, sapaan Teuku Akbar Maulana menjelaskan dalam perekrutan model terbaru ISIS, melalui pendekatan di media sosial dengan target remaja.
Dalam melakukan pendekatan melalu berbagai cara. Noor Huda Ismail selaku produser film dokumenter “Jihad Selfie” ingin berbagi cerita untuk para remaja di dunia khususnya di Indonesia bagaimana sistem perekrutan terbaru ISIS. Film ini tidak bermaksud menjelekkan berbagai pihak.
Akbar menuturkan dirinya hampir saja tergoda dengan ISIS, karena teman seperjuangannya yang sudah bergabung di ISIS terlihat gagah mengenakan senjata AK 47. Terutama Wildan Mukhallad yang melakukan bom bunuh diri di Irak. Kedekatan antara dirinya dengan keluarga khususnya sang Ibunda membatalkan niat Akbar untuk bergabung dengan ISIS. Banyak para remaja menggunakan media sosial lebih dari 4 jam, mereka di sosial media untuk mencari jati diri bahkan sampai diluar rasional. Karena itu ISIS mengajak atau merekrut remaja di media sosial. (j/SY)