Gelorakan Semangat Kartini

Semarang- Setiap insan di Indonesia mengetahui Kartini sebagai sosok yang menginspirasi perempuan di negara ini. Berkat kegigihanya perempuan di masa itu berusaha bebas dari belenggu budaya patriarki.
“Perjuangan Kartini sangat banyak, selain perempuan supaya bisa mengekspresikan diri layaknya seorang lelaki. Berbeda dengan lelaki diperbolehkan dalam segala hal termasuk sekolah, sosoknya adalah seorang yang telah bercita-cita sekolah diluar negeri ketika ia berumur belasan tahun,” ujar aktivis PPT Seruni, Irnida Terana.
Masih banyaknya perempuan yang didiskriminasi dan dilecehkan baik secara fisik maupun batin, karena mereka (laki-laki) hanya menilai sosok perempuan dari kehidupan sosial & masyarakat yang tidak jauh dari dapur, kamar, tempat barhias diri.
“Sebenarnya gender kan pembagian, peran dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang telah disepakati masyarakat. Perlu dibedakan dengan kodrat yang tidak bisa rubah, seperti melahirkan, dan menyusui” papar aktivis perempuan dalam acara seminar “Pancarkan Pesonamu di Bumi Walisongo” di Auditorium I Kampus I (21/04).
Seminar tersebut dihadiri oleh civitas akademi Walisongo yang memadati auditorium I UIN Aalisongo. Pada kesempatan itu, Rektor UIN Walisongo memberikan sambutan.
“Di era reformasi peringatan seperti ini sangat jarang dilakukan. Alhamdulillah sekarang sangat antusias di kalangan manapun. Kiprah Kartini memang sangat mendidik, semoga para mahasiswa mempunyai kemauan dan keinginan yang besar menjadi pribadi seperti Kartini. Untuk itu saya menyarankan mahasisiwi supaya membaca buku dan surat-surat kartini,” ujar Rektor UIN Walisongo, Muhibbin Noor.
Semangat Kartini seharusnya ditiru oleh mayoritas mahasiswa UIN Walisongo. Mengacu kepada peserta KKN tahun ajaran 2015/2016 semester genap jumlah perempuan mencapai 600. “Semangatnya jangan pudar, semakin banyak alumni wanita yang sukses,” tambah pria asal Demak.
Zaman semakin maju, perempuan harus mengoptimalkan keadaan. Dimana setiap individu bebas aktif menentukan masa depannya. Tidak seperti zamanya Kartini, yang serba tidak boleh. Contoh perempuan bisa menjadi seorang pemimpin daerah, Tri Risma Harini (Walikota Surabaya).
“Memang sudah waktunya perubahan dalam pemerintahan dan perempuan mengambil peran pembangunan di kota Semarang. Kalau ingin menata diri sendiri harus siap ditatakan, jangan sekali-kali menata jika tidak ingin ditata,” tukas Asisten II Ekonomi Pembangunan Kota Semarang, Ayu Enty.
Kekerasan Masih Tinggi
Di Kota Semarang masih banyak kekerasan terhadap perempuan. Bisa dilakukan oleh semua pihak. Terkadang para perempuan pun tidak sadar bahwa ia sedang menjadi korban kekerasan.
“Kasus yang sering dilaporkan ke PPT SERUNI dari kekerasan dalam rumah tangga hingga kasus kekerasan dalam pacaran. Pernah seorang pelapor menyatakan mereka yang sedang pacaran ada laki-laki yang selalu mengajak untuk berhubungan seksual Sebenarnya perempuan telah dijebak untuk melakukan hal yang tidak inginkan. Perempuan tidak sadar bahwa dirinya telah menjadi korban kekerasan batin,” ujar Irnida Terana yang juga lulusan psikologi UNIKA Semarang
Dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga kompleks dari kekarasan fisik hingga kekerasan batin. Bentuk tindakan yang dapat menimbulkan akibat fisik.
“Banyak wanita yang melaporkan kekerasan dalam rumah tangga itu setelah umur pernikahannya telah mencapai lima tahun lebih. Padahal kekerasan tersebut dilakukan suaminya sudah lama,” jelas wanita yang juga psikologi.
Sebenarnya pria bisa memahami peran wanita. Mengidentikan wanita dengan satu bidang menjadi paham yang bidang apapun. Jadi wanita setara dalam gender bukan kodrat.
“Di zaman sekarang masih banyak kekerasan terhadap wanita di dalam bidang apapun seperti, pendidikan, dan ekonomi. Dalam hal ekonomi dalam mencari nafkah untuk keluarga laki-laki ingin selalu pendapatanya lebih besar ketimbang istrinya. Padahal sebenarnya itu tidak apa-apa dan hal itu bisa disepakati di pra nikah, seperti istri ynag bekerja sementara suami membantu memasak dan mencuci pakaian,” tukas juri Kang Mas & Denok UIN Walisongo tahun 2016. (j/yakub)