Eufimisme Pemblokiran Laman Dewasa

tamarpl.wordpress.com

tamarpl.wordpress.com
tamarpl.wordpress.com

oleh : Faisal*

Kita sekarang hidup dimana internet mudah untuk diakses oleh siapapun. Mulai dari kalangan tua, muda, bahkan anak-anak. Kita bebas untuk mencari informasi apa yang kita ingikan. Mulai dari hal yang berbau positif hingga ke hal yang berbau negatif. Sudah menjadi rahasia umum ketika kita melihat anak dibawah umur membuka laman internet yang belum layak untuk mereka akses.

Ponografi dan seks bebas merupakan dua hal yang saling berkaitan dan sudah membudaya dikalang remaja masa kini. Blue film atau lebih familiar BF menjadi salah satu gerbang menuju apa yang kita sebut dengan Free Seks. Mulai dari hanya menontonnya saja lalu melakukan masturbasi. Apabila masturbasi dirasa kurang memuaskan mereka mulai coba-coba dengan lawan jenisnya. Berdalih rasa cinta, sepasang abg yang masih dalam masa pubertas akhirnya melakukan seks.

Tukar menukar film biru, mengunduh blue film , kissing, doing seks, bahkan aborsi sudah lazim dilakukan. Terbukti dari data yang berhasil didapatkan.

Menurut data dari kemeterian komunikasi dan informatika (kemenkominfo) saat ini Indonesia menduduki peringkat pertama. Ironisnya 68 persen siswa SD sudah pernah mangakses situs porno. Ujar jim aditya psikolog klinis dan aktivis AIDS, baby. (Berisatu.com)

Hasil survei tahun 2015 yang dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) kepada 4.500 remaja mengungkapakan 97 persen pernah menonton pornografi atau mengakses web pornografi dan 93 persen pernah berciuman bibir. Survei yang dilakukan di 12 kota besar itu menunjukan 62,7 persen pernah berhubungan badan dan 21 persen sudah melakukan praktek aborsi.

Adanya stereotip jika tidak menonton ataupun melakukan seks akan dicap sok polos, sok suci, dan stereotipe buruk yang bermaksud untuk menyindir dan memojokan seseorang. Hal ini membuat sebagian dari mereka yang memang tidak ada niatan untuk menonton atau melakukan seks akan terdorong dan terpacu untuk melakukan hal yang belum sepantasnya mereka lakukan.

Pemblokiran Saja Tidak Cukup

Pertama, akses internet yang sangat mudah. Pemblokiran terhadap situs porno yang dilakukan oleh pemerintah tidak berjalan dengan maksimal. Anak-anak tidak kehabisan akal untuk membobol sebuah situs yang telah dibokir. Mereka akan mencari tahu lewat internet. Layaknya seorang paranormal dengan internet apapun bisa terjawab. Termasuk cara membobol website.

Kedua, kurangnya pengawasan dari orang tua. Bisa kita lihat sekarang anak SD saja sudah diberikan Handphone yang terkoneksi dengan internet. Terbilang sangat dini untuk ukuran anak SD jika seusia mereka sudah diberikan sebuah telepon genggam dengan koneksi Internet.

Ketiga, pengaruh lingkungan. Lingkungan berpengaruh sangat vital terhadap pembentukan suatu kebiasaan. Apabila lingkunganya mendukung kebiasaan untuk menonton film porno ataupun seks bebas kemungkinan besar mereka akan ikut-ikutan melakukan. Berawal dari coba-coba lambat laun akan menjadi sebuah kebiasaan yang sulit untuk ditinggalkan.

Orang tua perlu mengawasi anaknya dengan ketat terlebih akses internet sekarang sangat mudah untuk dijangkau. Perlunya mengecek history gadget anak apa saja yang mereka akses. Apabila anak anda mengakses website yang belum layak untuk mereka akses, segera beri pengetahuan tentang apa saja yang tidak boleh mereka akses dan apa akibatya.

Orang tualah yang berperang peting dalam keluarga. Semua pembetukan karakter berawal dari keluarga, barulah pengaruh lingkungan. Semakin ketat pengawasan dari orang tua semakin rendah pula angka penikmat film biru.

Pendidikan agama juga ikut andil peran dalam masalah ini. Tidak mungkin juga sebuah keluarga dengan agama yang kuat kemudian anaknya jatuh kedalam seks bebas. Mungkin ada, tapi itu sangat jarang.

Orang akan berpendapat jika situs pornografi diblokir maka angka seks bebas dan porno aksi akan menurun. Namun, pada kenyataanya hal tersebut tidak efektif. Sudah disebutkan diatas bahwasanya anak-anak tidak akan kehabisan akal untuk membobolnya. Tulis saja di Google cara membuka website yang diiblokir muncul 1001 artikel yang membahas bagaimana cara membukanya.

Pemblokiran website berlendir saja tidak akan cukup untuk menekan angka penikmat pornografi dan seks bebas. Mungkin tabu jika di Indonesia yang memiliki kultur ketimuran berbicara tentang seks kepada anak kecil. Tapi, cobalah kita melihat kedepan dengan adanya sex education anak-anak dapat membedakan mana yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan di usia mereka. Sudah sepantasnya kita mulai ke-root awal yang memiliki budaya menjujung tinggi harkat dan martabat.{F/}

*Alumnus SMA 2 Pemalang-Jawa Tengah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *